Oleh: Rahmat Sayfuddin
JAKARTA, SWARAJOMBANG.com -Pada Leg 2 Piala AFF 2020 kali ini Timnas Indonesia bermain dengan beban yang cukup berat. Timnas Indonesia harus mengejar ketertinggalan 4 gol pada laga sebelumnya.
Indonesia berhasil membuka keunggulan melalui kaki R. Kambuaya pada menit ke 7 setelah mendapatkan umpan dari Witan Sulaiman. Gol ini seakan membakar semangat untuk mengejar ketertinggalan.
Thailand memasukkan Adasik Kraisorn menggantikan striker senior T. Dangda. Pergantian tersebut terbukti efektif, Adasik Kraisorn mencetak gol memanfaatkan kesalahan pemain bertahan Indonesia yang kurang baik dalam menguasai bola.
Timnas Indonesia pantang menyerah. Sekuat tenaga terus mengejar selisih gol, namun lagi lagi sisi pertahanan menjadi problem dan dimanfaatkan baik oleh pemain Thailand. S Yooyen berhasil mencetak gol membuat Indonesia semakin terpuruk. Indonesia memasukkan Irfan Jaya menggantikan Rumakiek dan Hanis Sagara menggantikan Dedik.
Thailand memaminkan passing pendek antar pemain untuk mengulur waktu. Passing pendek yang akurat membuat pemain Indonesia kesulitan untuk mendapatkan bola dan melakukan serangan balik. Pada Menit 73 Thailand menggunakan jatah pergantian pemain, yaitu mengganti P. Roller dengan B. Phala.
Laga berlangsung panas. Sang kapten Indonesia, Asnawi terlibat keributan setelah melanggar Channatip. Alhasil kedua pemain tersebut diganjar kartu kuning.
Pantang menyerah Indonesia bermain ngotot dan memasukkan Evan Dimas menggantikan Rachmat Irianto pada menit 74. Indonesia mendapatkan kesempatan menyerang pada menit 80 dan Egy Maulana Vikri berhasil memanfaatkan peluang tersebut menjadi gol. Pemain yang bermain di liga Slovakia tersebut melakukan penyelesaian dengan sangat tenang.
Perbedaan mencolok terlihat dari segi permainan maupun mentalitas pemain di liga lokal dan yang berani bermain di luar negeri.
Timnas Indonesia lagi-lagi menjadi gagal menjuarai Piala AFF. Dari 6 Final yang dimainkan Indonesia, tak pernah sekalipun Juara. Indonesia sekali lagi menobatkan diri sebagai “Raja Tanpa Mahkota” alias selalu runner up.
Kinerja Coach STY patut diapresiasi karena berhasil meningkatkan permainan tim dengan bersiapan yang singkat dan adanya pembatasan pemain karena Liga 1 yang masih berjalan. PSSI mengatakan bahwa akan ada evaluasi untuk STY tapi menurut suporter yang harus dievaluasi adalah kinerja pengurus PSSI. PSSI juga harus berani terbuka soal rekrutmen bibit bibit muda dan harus menyingkirkan “Pemain Titipan”.
Pesan kami untuk Timnas Indonesia, tetap semangat dan jangan menyerah. Tingkatan terus pengembangan pemain muda dan pemain harus berani keluar zona nyaman.*