Penulis: Jayadi | Editor: Aditya Prayoga
SURABAYA-SWARAJOMBANG.COM: Terungkap bahwa pria seharusnya buang air kecil dengan duduk, bukan berdiri. Gerald Collins, seorang ahli bedah urologi dari Rumah Sakit Alexandra di Cheshire, Inggris, menyampaikan pendapat ini dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Inggris, The Telegraph.
Pernyataan tersebut terkait dengan hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh YouGov tentang kebiasaan buang air kecil pria di sejumlah negara.
Jajak pendapat tersebut melibatkan lebih dari 7.000 pria dari 13 negara berbeda di seluruh dunia. Sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka biasa buang air kecil sambil berdiri.
Namun, ada perbedaan budaya yang ditemukan dalam hasil survei, yakni 40% pria Jerman mengaku mereka hanya buang air kecil sambil duduk, dibandingkan dengan 10% pria Amerika yang melakukan hal serupa.
“Sebenarnya, duduk adalah cara yang paling efektif,” kata Collins dalam wawancara tersebut. Alasannya adalah karena saat duduk, otot panggul dan tulang belakang menjadi lebih rileks, sehingga buang air kecil menjadi lebih mudah dan memastikan kandung kemih benar-benar kosong.
Baca juga: Keunggulan Ban Run-Flat Tyre (RFT) untuk Mobil Listrik dan Jalan Berlubang
Hal ini juga membantu para pria lanjut usia, terutama mereka yang mengalami masalah prostat akibat penuaan, seperti pembesaran prostat.
Kondisi ini memengaruhi 80% pria berusia 80 tahun ke atas, 70% pria di usia 60-an, dan 40% pria di usia 50-an. Masalah ini terjadi ketika prostat dan jaringan sekitarnya membesar, menghalangi saluran kemih.
Pengosongkan kandung kemih secara tuntas saat buang air kecil penting untuk mencegah berbagai masalah kesehatan, terutama pada saluran kemih dan organ terkait. Berikut alasannya:
- Mencegah Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Sisa urin di kandung kemih bisa menjadi tempat berkembangnya bakteri, meningkatkan risiko infeksi. - Mengurangi Risiko Batu Kandung Kemih
Urin yang tertinggal bisa membentuk kristal yang berkembang menjadi batu kandung kemih, menyebabkan nyeri dan kesulitan buang air kecil. - Mencegah Retensi Urin
Jika kandung kemih tidak dikosongkan sepenuhnya, bisa terjadi retensi urin yang menyebabkan nyeri dan kesulitan buang air kecil di kemudian hari. - Mengurangi Tekanan pada Ginjal
Kandung kemih yang tidak kosong sempurna dapat meningkatkan tekanan balik ke ginjal, berisiko menyebabkan kerusakan ginjal dalam jangka panjang. - Menghindari Rasa Tidak Nyaman
Sisa urin bisa menyebabkan perasaan ingin buang air kecil terus-menerus dan membuat aktivitas sehari-hari terganggu.
Dengan duduk saat buang air kecil dapat membantu pengosongan kandung kemih lebih baik karena posisi ini membuat otot panggul lebih rileks.
Meskipun demikian, jajak pendapat YouGov menunjukkan bahwa pria lanjut usia cenderung menghindari buang air kecil sambil duduk, kemungkinan karena pandangan bahwa tindakan tersebut dianggap kurang “maskulin” dibandingkan dengan berdiri.
Misalnya, 35% pria Amerika berusia di atas 55 tahun menyatakan bahwa mereka tidak pernah buang air kecil sambil duduk, dibandingkan dengan hanya 21% pria berusia 18 hingga 24 tahun.
Pandangan ini juga ada di Jerman, di mana terdapat istilah negatif untuk menyebut pria yang buang air kecil sambil duduk: Sitzpinkler.
Namun, budaya di Jerman mulai berubah. Kini ada inisiatif yang menempatkan peringatan di toilet umum untuk mendorong pria agar tidak berdiri saat buang air kecil. Menurut laporan The Telegraph, salah satu inisiatif tersebut bahkan menggunakan suara mantan Kanselir Jerman Angela Merkel yang memberikan teguran kepada pria yang mencoba mengangkat penutup toilet di beberapa fasilitas umum.
Selain itu, buang air kecil sambil berdiri dapat menyebabkan percikan air seni yang mengotori lantai. Satu studi menemukan bahwa cipratan urine bisa melompat hingga tiga meter jauhnya karena laju keluarnya urine lebih cepat saat berdiri.
Masalah lainnya adalah terkait kebiasaan menyiram toilet tanpa menutup penutupnya. Sebuah penelitian dari Universitas Colorado Boulder mengungkapkan bahwa tindakan “Kebiasaan Buang Air Kecil Pria: Berdiri atau Duduk? Ini Kata Pakar” tersebut dapat menyebabkan penyebaran kuman.***