Penulis: Jacobus E Lato | Editor: Priyo Suwarno
TEL AVIV, SWARAJOMBANG.COM- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sempat berlindung di bunker bersama Menteri Pertahanan Israel Yoav Katz dan beberapa pejabat lainnya saat Iran meluncurkan serangan rudal balistik besar-besaran ke Tel Aviv dan wilayah sekitarnya pada 14 Juni 2025.
Hari Minggu, 15 Juni 2025, ia keluar dari bunker, lalu menuliskan pesan lewat akun [email protected], menuliskan DM: Iran akan membayar harga yang sangat tinggi untuk pembunuhan wanita, anak-anak dan warga yang tidak bersalah – dan itu akan segera terjadi.
Aku di sini di tempat kejadian bersama dengan pasukan penyelamat dan Komando Dalam Negeri. Atas nama orang-orang Israel – kami mengirim pelukan kepada keluarga dan sekali lagi memanggil setiap warga negara: dengarkan instruksinya – ini menyelamatkan nyawa.
Kami berada dalam kampanye eksistensi, melawan penghancuran perencanaan musuh yang kejam.
Tentara dan pilot kami bekerja dengan berani – di atas langit Iran. Ini adalah perang keselamatan. Nonaktifkan mereka dengan satu pukulan epik – dan menang.
Mereka menggunakan bunker tersebut untuk melakukan penilaian situasi dan mendiskusikan strategi serangan balasan ke Iran.
Setelah situasi sedikit mereda, Netanyahu keluar dari bunker dan melakukan kunjungan ke lokasi yang terkena serangan rudal Iran di Bat Yam, Israel tengah.
Dalam kunjungannya, Netanyahu menyatakan bahwa Iran akan membayar harga yang sangat tinggi atas pembunuhan warga sipil akibat serangan tersebut. Serangan rudal Iran ini menyebabkan sedikitnya 10 orang tewas dan puluhan lainnya terluka di Israel tengah dan utara.
Serangan balasan Iran ini merupakan respons atas serangan Israel sebelumnya yang menewaskan sejumlah pejabat tinggi militer Iran.
Dalam serangan tersebut, ratusan rudal balistik diluncurkan oleh Iran ke pusat-pusat militer dan kawasan metropolitan terbesar Israel, termasuk Tel Aviv. Israel berusaha mencegat beberapa rudal, namun banyak yang berhasil mengenai targetnya, menyebabkan kerusakan dan korban luka-luka.
Dengan demikian, Netanyahu keluar dari bunker untuk meninjau langsung kehancuran yang terjadi akibat serangan rudal Iran di Israel, sambil menegaskan kesiapan Israel untuk membalas serangan tersebut.
Setelah menyaksikan kehancuran di Israel akibat serangan rudal Iran, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bereaksi dengan tegas dan keras.
Ia juga menegaskan bahwa Israel tidak akan berhenti hingga Hamas dan sekutunya dihancurkan, meskipun mendapat tekanan internasional untuk menghentikan serangan dan membuka blokade di Gaza.
Netanyahu menolak tekanan tersebut dan menegaskan bahwa perang ini bertujuan melawan kekejaman dan harus berakhir dengan kemenangan total pasukan Israel. Sikap ini mencerminkan ketegasan dan kesiapan Netanyahu dalam menghadapi situasi krisis dan kehancuran yang dialami Israel saat ini. **