Disarikan Oleh Khristina Kencana
TEPAT pada saat Ah Ri menghembuskan nafasnya yang terakhir, Ny. Shin melahirkan seorang bayi perempuan yang benar-benar cantik seperti bulan.
Ny. Shin dan Yeom, kakak laki-laki bayi itu, begitu bahagia mengagumi kecantikan bayi perempuan yang didekap dengan penuh kasih sayang.
Ny. Shin berkata kepada bayi perempuannya dengan tersenyum bahagia, “Anakku, namamu adalah Yeon Woo, Heo Yeon Woo. Sebelum ayahmu dikirim ke China sebagai utusan, dia memberimu nama ini. Kau menyukainya?”
Ny. Shin mengumbar semua kata-kata dan kalimatnya kepada bayi merah yang baru dilahirkannya, seolah-olah bayi itu mengerti apa yang diucapkannya.
Bayi itu mungil, cantik dan wajahnya bulat putih-kemerahan seperti purnama penuh yang beredar di langit terang tanpa sehelai awan hitam pun yang menempelnya.
“Ah Ri benar, ya, Ah Ri benar… Dia bayi perempuan yang cantik seperti bulan purnama,” gumamnya dalam hati.
Ny. Shin seolah hanya berdua dengan bayi mungilnya, berbahagia karena anugerah yang tak ternilai.
Ditimang-timang dan diajaknya bicara bayi itu seolah dia sudah mengerti semua yang diucapkannya.
Sementara itu Shaman Jang mengunjungi kuburan Ah Ri di tengah hutan, diantara pepohonan purba yang nyaris tak pernah dijamah manusia.
Shaman Jang merasa sangat sedih tatkala teringat permintaan terakhir Ah Ri untuk melindungi seorang anak untuknya dan memandangi bulan terang di atas langit.
Shaman Jang masih saja belum mengerti kata-kata terakhir Ah Ri tentang seorang anak yang harus dia lindungi.
Seperti teka-teki. Ya, seperti teka-teki atau puzzle yang berserakan dan harus ia susun satu-persatu untuk mendapat bentuk yang sempurna.
Kata-kata Ah Ri adalah teka-teki, atau misteri. Ya, mungkin tepatnya seperti puzzle berserakan yang harus ia susun untuk menemukan jawabannya.
Waktu pun berlalu…
TAHUN pun sudah beberpa kali berganti. Entah sudah berapa purnama yang terlewat, merangkaki langit seperti siput.
Di dalam istana, para pelayan sedang sibuk mempersiapkan upacara perayaan kelulusan sarjana terbaik, yang akan dihadiri Raja Seongjo. Para sarjana lulusan terbaik akan memberikan hormat kepada Raja dan menerima hadiah.
Namun ketika persiapan sedang berlangsung, para pelayan istana kebingungan menyadari ada beberapa benda yang hilang, antara lain payung dan sebuah kotak, makanan dan pakaian.
Begitu pula dengan Kasim Hyun Sung yang kebingungan menyadari Putra Mahkota menghilang, tidak berada di tempat.
Ia meminta bantuan pasukan pengawal istana untuk segera mencari keberadaan Putra Mahkota.
Dimanakah gerangan Putra Mahkota?
Para pengawal hilir-mudik menggeledah istana, termasuk memeriksa halaman luar dan taman-taman.
Jika sampai para pengawal itu tidak bisa menemukan Putra Mahkota, celakalah mereka.
Setelah semua tempat mereka periksa, ternyata Putra Mahkota berada di ruangan tempat penyimpanan perabotan istana. Ia sedang mengganti pakaiannya sendiri, melepaskan jubah kebesarannya dengan pakaian biasa seperti bangsawan umumnya.
Pakaian ini termasuk benda upacara yang hilang. Lalu, di atas meja tergeletak beberapa barang-barang upacara sedang dicari; ada payung, makanan dan tas kain kuning.
Ia sudah siap pergi dengan membawa tas kuning seperti ransel, sambil tersenyum.
Di depan gerbang istana telah tiba iring-iringan dua buah tandu. Ny. Shin turun dengan wajah gembira.
Ia menyuruh putrinya Yeon Woo segera turun dari tandu, tapi ia malah asyik membaca buku di dalam tandu.
Gadis cantik itu sudah berusia 13 tahun. Ny. Shin meminta Yeon Woo segera keluar dari tandu, kalau tidak mau terlambat hadir di upacara penghargaan buat kakak laki-lakinya.
Yeon Woo menurut. Ia turun dari tandu dan memandang istana sambil tersenyum.
Semua peserta dan pejabat sudah hadir di tempat upacara menunggu kedatangan Raja. Yeon Woo dan Ny. Shin bergegas masuk ke barisan upacara yang terdekat dengan tempat duduk Yeom, kakak laki-laki Yeon Woo terpilih sebagai sarjana sastra terbaik.
Ada juga Eun, sahabat Yeom, terpilih sebagai lulusan sarjana militer terbaik. Ny. Shin menjelaskan pada Yeon Woo kalau Eun dan Pangeran Yang Myung berguru pada ayahnya dan mereka berdua juga sahabat kakaknya, Yeom.
Ayah Yeon Woo, Heo Young Jae mengajarkan sastra dan ilmu militer pada para sarjana terbaik. Yeon Woo dan Ny. Shin tersenyum penuh kebahagiaan dan kebanggaan pada Yeom yang melihat kehadiran mereka.
Kasim Hyung Sung masih kebingungan mencari Putra Mahkota Lee Hwon, dan menyuruh beberapa pengawal bergegas untuk mencarinya.
Mereka harus segera menemukan Putra Mahkota kalau semua tidak mau celaka, sebelum Raja mengetahui masalah ini. Kalau tidak, mereka semua dalam masalah besar dan akan menerima hukuman.
Saat Baginda Raja tiba, semua undangan yang hadir di tempat upacara harus membungkukkan badan, bersujud untuk memberikan penghormatan penuh kepada Raja. Termasuk Yeon Woo dan ibunya juga.
Tiba-tibai perhatian Yeon-woo teralihkan ketika melihat seekor kupu-kupu kuning yang terbang menghampirinya. Ia pun secara instingtif bergerak mengikuti kupu-kupu yang terbang meninggalkan tempat upacara.
Di tempat lain, Putra Mahkota Hwon bersiap keluar istana di hari yang terik.
Ia juga bersiap dengan payung berwarna merah untuk melindungi kulitnya agar tidak terbakar sinar matahari. Persiapannya benar-benar mantap!
Upacara perayaan sarjana terbaik pun dimulai. Nama Heo Yeom diumumkan sebagai sarjana sastra terbaik dan Kim Jae Eun sebagai sarjana milter terbaik di urutan pertama.
Mereka berdua diminta maju ke depan. Nama para sarjana lulusan terbaik yang dipanggil untuk maju ke depan menerima penghargaan, anugerah toga dan jamuan teh dari Raja.
Ayah Yeon-woo, Heo Young Jae melirik bangga pada anak laki-lakinya, Heo Yeom. Sementara Yoon Dae-hyung yang berdiri di sebelahnya melirik penuh dengki.
Heo Young Jae adalah Penasehat Khusus Raja yang bijak, jujur dan setia serta memegang peranan penting di istana.
Ny. Shin menyuruh Yeon Woo melihat ekspresi wajah ayahnya yang tampak sangat bahagia, dan tiba-tiba ia baru tahu kalau Yeon-woo sudah tidak ada di sampingnya.
Ternyata, Yeon-woo begitu senang mengikuti kupu-kupu kuning yang terbang di depannya hingga tiba di sebuah halaman tempat Putra Mahkota Hwon sedang memanjat tangga.
Hwon sudah berada di ujung tangga dan ia sudah gembira bersiap melewati tembok. Namun, ia tiba-tiba kaget mendengar suara pintu gerbang halaman terbuka.
Ia membalikkan badannya dan melihat kehadiran Yeon Woo yang sedang memperhatikan dan mengikuti kupu-kupu kuning di depannya.
Yeon Woo tidak menyadari keberadaan Hwon di sana, sementara Hwon terpukau lama menatap kecantikan Yeon Woo dari atas tangga sambil tetap memegang payung merahnya.
Kupu-kupu itu terbang dekat tangga Hwon dan Yeo Woo baru behenti di sana melihat Hwon yang berdiri di atas tangga tembok.
Pada saat mereka saling bertatapan mata, Hwon kaget kehilangan keseimbangan dan jatuh menimpa Yeon Woo di tanah.
Payung merah yang terlepas dari tangan Hwon, jatuh tepat memayungi wajah mereka berdua sebelum terbang dibawa angin.
Hwon dan Yeon Woo yang jatuh terbaring di tanah dan menyadari kontak fisik kedekatan mereka, keduanya kaget dan buru-buru bangkit berdiri menjauhkan diri.
Sesaat mereka masih merasa kikuk dan saling mencuri pandang dalam pertemuan yang tidak saling mengenal ini.
Mereka merasa saling salah tingkah, tersipu dan berbagai pertanyaan di benak mereka.
Keduanya saling melirik, memeriksa sekeliling, jangan-jangan ada banyak mata yang memergoki mereka.
Hwon yang cepat menyadari penampilan Yeon Woo yang bukan pelayan istana, ia bertanya apa yang dilakukan Yeon Woo di istana.
Alih-alih menjawab pertanyaan Hwon, Yeon-woo malah balik bertanya mengapa ia memanjat tembok dinding.
Hwon kaget dan berteriak dengan marah bahwa hanya ia yang boleh bertanya dan Yeon Woo harus segera memberikan jawaban.
Hwon mengingatkan Yeon Woo, siapa saja yang melanggar peraturan masuk istana secara tidak sah adalah kejahatan yang sangat serius.
Yeon Woo menjawab yang sebenarnya, kalau ia datang ke istana untuk menghadiri upacara penghargaan kakaknya sebagai sarjana sastra terbaik.
Ia malah menganggap Hwon sebagai orang yang mencurigakan dan ia berniat memanggil penjaga istana. Ia curiga Hwon adalah pencuri yang membawa barang-barang berharga dalam tas kuning yang tergeletak di tanah.
Tentu saja Hwon menyangkal dengan berbagai alasan. Ia pun mengatakan kalau ia datang melihat upacara penghargaan kakaknya sebagai sarjana milter terbaik.
Tetapi ketika ia mengambil tasnya, isi dalam tasnya malah berhamburan keluar. Itu adalah barang-barang mewah seperti cemilan makanan, kotak permen, dan kuas kaligrafi.
Yeon-woo menatap curiga, sementara Hwon memikirkan alasan lain, kalau benda-benda itu dianugerahkan Baginda Raja buat kakaknya.
Namun Yeon Woo tidak percaya dan langsung berteriak memanggil penjaga.
Hwon buru-buru menutup mulut Yeon Woo dengan tangannya dan menarik tangan Yeon Woo bergegas melarikan diri menghindari penjaga istana yang berusaha mencari Putea Mahkota Hwon.
Hwon mengajak Yeon Woo berlari ke tempat aman yang jauh dari penjaga istana. Mereka berhenti di depan sebuah paviliun dekat danau.
Hwon menyalahkan Yeon Woo yang membuatnya harus lari bersembunyi. Yen Woo menegur Hwon yang terus menggunakan bahasa tak formal.
Namun, Hwon membela diri kalau itu wajar saja karena usia Yeon Woo lebih muda. Tebakan Hwon tepat.
Ia mengetahui kalau usia Yeon Woo 13 tahun dan Hwon 15 tahun.
Yen Woo masih berniat melaporkan Hwon pada penjaga. Ia bergerak hendak pergi dari Hwon, namun Hwon menahan tangannya.
Hwon sekali lagi mengakui kalau ia bukan pencuri, melainkan adik dari sarjana militer terbaik.
Yen Woo marah dan menegur Hwon dengan keras, “Mengapa kau menyalahkan orang lain saat kau membuka mulutmu dan berbohong saat menutup mulutmu? Sarjana militer terbaik adalah sahabat kakakku. Kudengar ia tidak punya adik.”
Hwon kaget, dan akhirnya ia menceritakan semuanya pada Yeon Woo tak ada yang perlu disembunyikannya. Hwon mengakui sebenarnya ia ingin bertemu kakaknya.
Ia menjelaskan pada Yeon Woo kalau ia dan kakaknya mempunyai ayah yang sama dengan ibu yang berbeda, tapi kakaknya sangat baik pada Hwon.
Meskipun kakaknya sangat mahir dalam sastra dan militer, ia tidak diijinkan ikut dalam ujian negara. Ia juga tidak diijinkan menjadi pejabat, bahkan ia tidak mendapatkan cinta dari ayah mereka walaupun ia sangat menghormatinya.
Meskipun kakaknya dicintai oleh banyak orang, ia tidak boleh tampil di hadapan mereka.
Saat Hwon menceritakan pada Yeon Woo, ia teringat kenangan kilas balik, saat ia dan kakaknya, Yang Myung bermain bersama dengan gembira dari mereka kecil sampai beranjak remaja.
Mereka berlatih pedang kayu bersama. Tapi kemampuan Yang Myung lebih baik dari Hwon hingga pedang kayunya tertuju pada leher Hwon, lalu keduanya tertawa.
Tepat saat itu Raja melintas dan melihat Yang Myung mengacungkan pedang kayu ke leher Hwon. Mereka berdua langsung memberi salam hormat pada Raja, namun Raja melihat Yang Myung dengan pandangan tak suka dan berlalu.
Yang Myung menghela nafas panjang sambil menatap Hwon.
Hwon memuji kemampuan kakaknya, namun ia mengerti alasan kakaknya hanya bisa hidup seperti itu karena dirinya.
Hwon mengira kakaknya takut ditegur oleh ayah mereka, sehingga ia sudah lama tidak datang mencarinya. Karena itu, ia harus mencari kakaknya sendiri.
Setelah mendengarkan cerita Hwon, Yeon Woo bertanya mengapa ia menyalahkan dirinya sendiri karena Hwon tidak bisa memilih antara dia dan kakaknya siapa yang menjadi putra sah dan tidak sah.
“Seorang pria takkan memfitnah orang tak bersalah dan mencari kesalahan orang,” kata Yeon Woo.
Hwon kaget mendengar ucapan Yeon woo. Hwon menilai kecerdasan Yeon Woo yang membaca kitab Konfusius.
“Lagipula, seorang petani tak menyalahkan tanah yang tak subur, dan seorang musisi tak akan menyalahkan alat musiknya. Masalahnya adalah pada orangnya sendiri, bukan orang di sekitarnya. Kalau kakaknya adalah orang baik seperti yang kau katakan, mungkin dia tak akan menyalahkan adiknya. Jadi, janganlah menyalahkan dirimu atau orang lain,” lanjut Yeon Woo.
Hwon tersenyum lega mendengarkan Yeon Woo.
Yeon Woo lantas mengutarakan pandangannya dengan jujur tentang beberapa bagian hukum Chosun yang dianggapnya tidak masuk akal.
Ia tidak mengerti mengapa urusan keluarga seperti ini yang menyebabkan kehilangan orang berbakat, dan hubungan antara dua saudara tidak bisa diselesaikan oleh Baginda Raja secepatnya.
Wanita terlalu banyak membaca adalah melanggar hukum, perbedaan perlakuan bangsawan dan budak yang sama-sama manusia.
Hwon terperangah mendengarkan Yeon Woo. Yeon Woo pun tiba-tiba sadar kalau ia telah kebanyakan bicara dan memprotes hukum negara Joseon.
“Maksudmu, pandangan politik Baginda Raja semua salah?” canda Hwon. “Sekali ini, giliranku untuk memanggil penjaga istana,” Hwon menggertak Yeon Woo.
Tak disangka, Yeon Woo kaget mendengar ucapan Hwon dan minta Hwon berpura-pura tidak mendengar apa yang baru saja ia katakan.
Sebaliknya, Hwon minta Yeon Woo mengakui kalau ia bukan pencuri karena semua barang dalam bungkusan itu adalah miliknya.
Yeon-woo heran mengapa Hwon bisa memiliki semua barang-barang semahal itu. Hwon mulai kesal dan berkata, “Aku adalah negara ini, Chosun…”
Dibawah tatapan penuh selidik Yeon Woo, kemudian Hwon ragu-ragu berkata lagi, “Aku adalah negara ini, Chosun… Pejabat.”
Hwon hanya mampu mengakui dirinya pada Yeon Woo sebagai pejabat, bukan sebagai Putra Mahkota.
Sementara itu, Ibu Yeon Woo meminta bantuan penjaga istana untuk mencari putrinya yang sudah menghilang sekitar dua jam.
Ia sangat khawatir karena tidak bisa menemukan Yeon Woo. Ia yakin putrinya masih ada di dalam istana.
Tepat saat itu Ny. Shin melihat putrinya berjalan kembali ke istana bersama Hwon. Ny. Shin begitu bahagia berteriak memanggil Yeon Woo dan buru-buru menghampiri dia dan memeluknya.
Sementara itu, Hwon bergegas menghampiri penjaga istana dan memintanya agar tidak mengatakan apa pun.
Jika tidak, Hwon mengancam akan menghukum penjaga itu. Penjaga itu diam dan menurut saja, bahkan tidak berani memberikan salam hormat pada Putra Mahkota Hwon.
Yeon Woo melihat penjaga itu dan hendak melaporkan Hwon. Namun, Hwon berkata terlebih dahulu pada Yeon Woo bahwa ia sudah mengakui kejahatannya dan melapor langsung pada penjaga istana.
Ny. Shin diam-diam memperhatikan mereka berdua tanpa bertanya apa-apa. Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam pikirannya.
Hwon mengatakan pada penjaga kalau barang-barang yang diambil semua ada di Eunwolgak dan cepat-cepat pergi sambil mendorong penjaga itu meninggalkan Yeon Woo dan ibunya.
Saat iring-iringan tandu Yeon Woo dan ibunya hendak meninggalkan istana, seorang dayang berlari memanggilnya dan menghampiri tandu Yeon Woo.
Ia memberikan sepucuk surat pada Yeon-woo, dan menyampaikan titipan pesan Tuan Muda dari Eunwolgak.
Yeon Woo mengingatnya sebagai Tuan Muda Pejabat. Ia menyampaikan pesan Hwon pada Yeon Woo untuk berhati-hati di jalan saat malam hari.
Yeon Woo menerima surat dari Hwon dan iring-iringan tandu pun mulai bergerak meninggalkan istana. (Bersambung)