Penulis: Tim SWARAJOMBANG.com | Editor: Hadi S Purwanto
JAKARTA, SWARAJOMBANG.com – Satgas Pangan Polri mengecek ketersediaan minyak goreng pada retail modern dan kecil di wilayah Jabodetabek dan menemukan kekosongan stok.
Sementara di sejumlah daerah seperti Jombang, Gresik, Kediri, Mojokerto, Jogjakarta, dan sejumlah daerah lain kebutuhan pokok itu juga tidak dijual di retail modern maupun tradisional.
Hasil pantauan SWARAJOMBANG.com di sejumlah daerah terjadi adanya kelangkaan minyak goreng terutama di retail modern seperti Indomart atau Alfamart.
Ada sejumlah retail atau toko tradisional yang menjua minyak goreng dengan harga lama, berkisar antara Rp16.500 sampai Rp20.000 perliter.
“Kami sudah beberapa kali minta kiriman minyak goreng ke gudang, tapi belum juga dikirim,” ujar Rony, salah seorang karyawan retail modern.
Sementara di retail atau toko tradisional, mereka masih menjual dengan harga lama yakni berkisar antara Rp16.500 sampai Rp20.000 perliter.
“Saya ngambilnya tidak boleh Rp14 ribu, bagaimana saya menjual dibawah harga kulakan,” ujar Maysaroh, seorang pemilik took di Kediri, Jawa Timur.
Rata-rata retail modern sudah sekitar 2 minggu tidak menjual minyak goreng, karena tidak dikirim dari gudang. Sedangkan retail tradisional tidak lagi bisa kulakan dan tidak ada pengiriman lagi dari sales langganan mereka.
Sementara Satgas Pangan Polri juga menemukan kekosongan stok minyak goreng di beberapa retail modern dan tradisional di wilayah Jabodetabek.
“Pada retail-retail modern kecil, seperti Indomaret dan Alfamart, mayoritas ketersediaan kosong,” kata Dirtipideksus Bareskrim Polri Brigjen Whisnu Hermawan Febrianto kepada wartawan di Jakarta, Senin (7/2/2022).
Whisnu mengatakan, retail modern kecil menjual minyak goreng sesuai harga eceran tertinggi (HET), yakni Rp 14 ribu per liter. Dia menyebut distribusi pada retail modern kecil dilakukan dalam 2-4 hari sekali.
“Distribusi dilaksanakan antara 2-4 hari sekali, harga penjualan mengikuti HET sebesar Rp 14.000 per liter,” ujarnya.
Jenderal bintang satu itu menjelaskan, ada keterlambatan pengiriman dari distributor yang menyebabkan kekosongan stok minyak goreng.
Selain itu, tingginya antusias masyarakat membeli minyak goreng satu liter juga menjadi penyebab.
“Penyebab kekosongan stok, dikarenakan terlambatnya pengiriman minyak goreng dari distributor dan tingginya antusias masyarakat untuk membeli minyak goreng, untuk mengendalikan, dibatasi pembelian sebanyak satu liter,” jelasnya.
Whisnu mengatakan, stok minyak goreng di retail modern besar masih cukup dan dijual sesuai HET. Menurutnya, warga tertarik membeli minyak goreng di retail modern lantaran harga yang murah.
“Para konsumen atau masyarakat memilih membeli minyak goreng di retail modern, karena harganya sudah mengikuti kebijakan pemerintah yakni sesuai HET sebesar Rp 14.000 per liter, lebih murah dari harga di pasar tradisional,” katanya.
Sidak selanjutnya, kata Wishnu, bakal dilakukan pada pasar tradisional di wilayah Jabodetabek. Dia menyebut Satgas Pangan akan berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag).
“Melaksanakan pengecekan dan monitoring ketersediaan, distribusi dan harga minyak goreng di pasar tradisional di wilayah Jabodetabek,” tuturnya.