Penulis: Jacobus E. Lato | Editor: Priyo Suwarno
SAN FRANCISCO, SWARAJOMBANG.COM– Perusahaan rintisan kecerdasan buatan milik Elon Musk, xAI, bermarkas di San Francisco, Amerika Serikat, secara resmi mengakuisisi platform media sosial X (sebelumnya bernama Twitter) dalam sebuah kesepakatan signifikan untuk semua saham senilai $45 miliar ((15.250 IDR per USD sekitar Rp 686,25 triliun).
Elon Musk membeli X (sebelumnya Twitter) dengan harga $44 miliar. Akuisisi ini diselesaikan pada tanggal 27 Oktober 2022 setelah melalui proses yang panjang dan penuh liku-liku, termasuk perselisihan hukum terkait data akun bot yang disampaikan oleh Twitter.
Akuisisi ini diumumkan pada 28 Maret 2025, dan termasuk $12 miliar dalam bentuk utang yang terkait dengan X, sehingga valuasi bersihnya menjadi sekitar $33 miliar.
Musk menyoroti pentingnya strategis dari merger ini, dengan menyatakan bahwa masa depan xAI dan X “saling terkait.” Ia menekankan bahwa integrasi ini akan memungkinkan kedua perusahaan untuk menggabungkan data, model, sumber daya komputasi, saluran distribusi, dan talenta mereka.
Merger ini diharapkan dapat membuka potensi besar dengan memadukan kemampuan AI canggih xAI dengan basis pengguna X yang luas.
Akuisisi ini juga menempatkan xAI pada valuasi $80 miliar. xAI milik Musk didirikan pada tahun 2023 dan dengan cepat mendapatkan daya tarik di sektor AI, dengan mengumpulkan $6 miliar dari para investor tak lama sebelum akuisisi ini.
Kesepakatan ini menandai ekspansi yang signifikan untuk xAI karena berusaha untuk meningkatkan penawarannya dan bersaing secara lebih efektif dalam lanskap AI.
Musk sebelumnya membeli Twitter dengan nilai sekitar $44 miliar pada tahun 2022 dan sejak saat itu mengubah namanya menjadi X.
Akuisisi terbaru ini semakin mengkonsolidasikan kontrolnya atas kedua entitas tersebut, yang bertujuan untuk menciptakan platform yang lebih terintegrasi yang memanfaatkan teknologi AI untuk meningkatkan pengalaman pengguna.
Akuisisi X oleh xAI, yang dilakukan oleh Elon Musk, memiliki beberapa efek signifikan baik bagi perusahaan itu sendiri maupun industri secara keseluruhan.
Akuisisi ini memungkinkan xAI untuk mengintegrasikan kemampuan kecerdasan buatan canggihnya dengan jangkauan luas yang dimiliki X. Musk menekankan bahwa kombinasi ini akan membuka potensi besar dengan menggabungkan data, model, dan sumber daya dari kedua entitas.
Hal ini diharapkan dapat memperkuat pelatihan chatbot Grok milik xAI, yang telah terintegrasi dengan platform X.
Setelah akuisisi, xAI diperkirakan memiliki valuasi sebesar $80 miliar, sementara X dinilai sekitar $33 miliar setelah mempertimbangkan utang sebesar $12 miliar.
Investor xAI, termasuk Pangeran Alwaleed bin Talal, menyatakan dukungan terhadap kesepakatan ini, yang diperkirakan akan meningkatkan nilai investasi mereka.
Akuisisi ini juga memicu kontroversi hukum, karena terjadi bersamaan dengan gugatan yang menuduh Musk melakukan penipuan terkait akuisisi sebelumnya atas Twitter. Beberapa analis berpendapat bahwa transaksi ini dapat memperumit situasi hukum Musk dan membuka xAI terhadap risiko hukum yang lebih besar.
Langkah ini mencerminkan ambisi Musk untuk menjadikan X sebagai lebih dari sekadar platform media sosial, dengan rencana untuk mengubahnya menjadi aplikasi multifungsi yang mencakup berbagai aspek kehidupan pengguna. Ini sejalan dengan visi Musk untuk menciptakan “kota digital” di mana pengguna dapat melakukan berbagai aktivitas dalam satu platform.
Secara keseluruhan, akuisisi ini tidak hanya mengubah lanskap bisnis bagi Musk dan perusahaannya tetapi juga dapat mempengaruhi cara pengguna berinteraksi dengan teknologi AI dan media sosial di masa depan. **