Penulis : Jayadi | Editor : Aditya Prayoga
SURABAYA- SWARAJOMBANG.COM: Kemacetan di perlintasan sebidang akibat penutupan palang pintu menjadi masalah umum di Indonesia. Menanggapi hal ini, Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof Ir Hera Widyastuti MT PhD, memperkenalkan Model of Queuing in the Railway Level Crossings guna mengurangi kepadatan kendaraan saat penutupan palang.
Prof Hera, yang berasal dari Departemen Teknik Sipil ITS, menjelaskan bahwa perlintasan jalur ganda lebih sering mengalami kemacetan dibandingkan jalur tunggal karena tingginya frekuensi kereta yang melintas. “Hal tersebut dapat menyebabkan penumpukan pada antrean kendaraan yang akan lewat,” jelasnya, Kamis (20/3).
Untuk mengatasi ini, dari laman Basra, Hera mengembangkan model antrean berbasis data guna menganalisis dampak frekuensi kereta terhadap lalu lintas. Ia menegaskan bahwa durasi penutupan palang harus mempertimbangkan dua faktor utama. “Kedua faktor tersebut ialah kecepatan dan panjang rangkaian kereta api,” paparnya.
Baca juga
Ketua DPR RI Sahkan Revisi UU TNI, Massa Kepung Gedung Dewan Perwakilan Rakyat
Prabowo Perintahkan Semua Warga Punya Rekening Bank, Ini Urgensinya
Menurutnya, semakin cepat kereta melintas, semakin singkat durasi penutupan. Sebaliknya, rangkaian kereta yang lebih panjang akan memperpanjang waktu penutupan, yang berisiko memperparah penumpukan kendaraan. Oleh karena itu, pengaturan waktu penutupan harus optimal agar kemacetan dapat dikurangi.
Hera juga mempertimbangkan aspek sosial dengan meneliti harapan pengguna jalan. Hasil risetnya menunjukkan bahwa durasi optimal penutupan adalah 30 detik sebelum dan sesudah kereta lewat. “Dengan begitu, waktu tunggu sebelumnya bisa lebih tepat,” ungkapnya.
Untuk meningkatkan efisiensi transportasi, Hera menekankan pentingnya optimalisasi jalur ganda. Ia menjelaskan bahwa headway atau selang waktu antar kereta perlu diatur dengan baik. “Dari hasil penelitian, headway yang baik adalah ketika memiliki durasi lebih dari 2,5 menit,” ungkapnya.
Jika headway pada jalur ganda mencapai 3 menit, penutupan selama 23 detik tidak akan menyebabkan kemacetan jika jumlah kendaraan di bawah 80 persen dari kapasitas jalan. Namun, jika penutupan berlangsung hingga 152 detik, kemacetan bisa terjadi apabila volume kendaraan melebihi 10 persen dari kapasitas jalan. “Oleh karena itu, pengaturan headway harus dioptimalkan,” tegasnya.
Sebagai Kepala Laboratorium Transportasi dan Material Perkerasan ITS, Hera menambahkan bahwa riset ini turut mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDG) 11 tentang kota berkelanjutan. Ia berharap penelitiannya dapat menjadi rujukan bagi pemerintah dalam meningkatkan kapasitas lintas kereta api.
“Semoga dengan riset ini juga dapat mengurangi kecelakaan lalu lintas di perlintasan sebidang kereta api di Indonesia,” pungkasnya.***