Penulis: Jacobus E. Lato | Editor: Priyo Suwarno
JAKARTA, SWARAJOMBANG.COM- Gerry Utama adalah seorang ilmuwan muda Indonesia yang telah mencapai prestasi signifikan dengan menjadi ilmuwan termuda dari Indonesia yang berpartisipasi dalam ekspedisi ke Antartika.
Lahir di Palembang pada 27 Juni 1993, Gerry menempuh pendidikan S1 di Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) dan melanjutkan studi S2 di Saint Petersburg State University, Rusia, di bidang Paleogeografi, yang ia selesaikan pada tahun 2022.
Gerry berangkat ke Antartika pada 1 Maret 2024, sebagai bagian dari Russian Antarctica Expedition (RAE) ke-69, yang berlangsung hingga Juli 2024.
Ia berlayar menggunakan kapal Akademik Tryoshnikov bersama sekitar 70 peneliti dari berbagai institusi12. Dalam ekspedisi ini, Gerry bertugas melakukan penelitian geomorfologi di Pulau King George, dengan fokus menghasilkan peta geomorfologi terbaru untuk wilayah tersebut.
Selama penelitiannya, Gerry juga terlibat dalam rekonstruksi atlas baru untuk pemerintah Rusia dan menemukan fosil kayu berusia 130 juta tahun, yang menunjukkan bahwa Antartika pernah ditutupi oleh vegetasi hijau.
Penelitian ini tidak hanya berkontribusi pada pemahaman ilmiah tentang Antartika tetapi juga memperkuat hubungan antara Indonesia dan Rusia dalam bidang penelitian ilmiah.
Gerry berharap bahwa partisipasinya dalam ekspedisi ini dapat menginspirasi peneliti lain dari Indonesia untuk terlibat dalam penelitian di Antartika.
Ia juga menekankan pentingnya perhatian pemerintah Indonesia terhadap isu-isu yang berkaitan dengan Antartika, mengingat dampak global yang dapat ditimbulkan oleh perubahan kondisi di wilayah tersebut.
Gerry Utama menghadapi tantangan waktu berlayar selama 35 hari ke Antartika dengan berbagai cara yang adaptif dan terencana. Berikut adalah beberapa strategi dan pengalaman yang ia bagikan:
Penyesuaian Waktu dan Kegiatan
Gerry menjelaskan bahwa mereka harus mengatur waktu setiap hari, yang berarti jam bisa maju atau mundur tergantung pada posisi kapal. Ini menciptakan tantangan dalam menjaga rutinitas harian, termasuk waktu untuk beribadah.
Selama perjalanan, Gerry dan timnya memiliki fasilitas yang memadai di kapal, termasuk area untuk berolahraga dan memenuhi kebutuhan gizi. Hal ini membantu menjaga kesehatan fisik dan mental mereka selama perjalanan panjang tersebut.
Menurut dia, saalah satu tantangan terbesar bagi Gerry adalah mengatur waktu untuk ibadah. Dengan kapal yang terus bergerak, arah kiblat berubah setiap hari, sehingga ia harus melakukan penaksiran akurat untuk menentukan waktu shalat.
Suhu ekstrem adalah tantangan paling berat. Gerry juga harus bersiap menghadapi suhu ekstrem yang bisa mencapai -100°C saat tiba di Antartika. Ia menyadari bahwa kondisi cuaca yang tidak menentu dapat mempengaruhi jadwal kerja dan mobilisasi tim.
Komunikasi
Selama pelayaran dari Saint Petersburg hingga Cape Town, komunikasi menjadi terbatas. Namun, setelah mencapai Cape Town, layanan internet tersedia, memungkinkan Gerry untuk tetap terhubung meskipun tidak secara intensif.
Dengan semua tantangan ini, Gerry menunjukkan ketahanan dan kemampuan beradaptasi yang luar biasa sebagai ilmuwan muda Indonesia di Antartika.
Gerry Utama adalah ilmuwan muda Indonesia yang berhasil menjadi orang Indonesia dan ASEAN pertama yang menginjakkan kaki di Antartika sebagai bagian dari misi Russian Antarctica Expedition (RAE) ke-69 pada tahun 2024.
Meskipun ia adalah yang pertama dari Indonesia yang berpartisipasi dalam ekspedisi ini, sebelumnya sudah ada dua peneliti Indonesia lainnya, Agus Supangat dan Nugroho Imam Setiawan, yang juga telah mengunjungi Antartika dalam misi berbeda pada tahun 2002 dan 2016-2017, masing-masing.
Gerry berangkat ke Antartika pada 1 Maret 2024 dan terlibat dalam penelitian geomorfologi di Pulau King George. Keberangkatannya menandai pencapaian penting bagi Indonesia dalam bidang penelitian ilmiah di wilayah ekstrem ini, dan ia berharap dapat menginspirasi peneliti lain untuk mengikuti jejaknya. **