Penulis: Jacobus E. Lato | Editor: Priyo Suwarno
JENEWA, SWARAJOMBANG.COM- Delegasi China dan Amerika Serikat melakukan pertemuan tingkat tinggi di Jenewa, Swiss, pada 10 Mei 2025, dalam upaya meredakan ketegangan perang dagang antara kedua negara. Pertemuan ini merupakan langkah signifikan dalam menjembatani perbedaan yang telah menyebabkan ketegangan ekonomi global.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Trump menyatakan bahwa telah terjadi “reset total” dalam hubungan dagang antara AS dan Tiongkok, menyebutkan bahwa banyak hal telah dibahas dan disepakati dalam suasana yang bersahabat namun konstruktif. Meskipun tidak ada rincian spesifik yang diungkapkan, pernyataan ini menunjukkan ada kemajuan dalam negosiasi.
Sebelumnya, kedua negara telah memberlakukan tarif tinggi terhadap barang impor satu sama lain, dengan AS mengenakan tarif hingga 145% dan Tiongkok membalas dengan tarif hingga 125%. Pertemuan ini diharapkan dapat mengarah pada pengurangan tarif dan pembentukan mekanisme konsultasi ekonomi dan perdagangan yang berkelanjutan.
Meskipun pertemuan ini menandai langkah positif, masih ada ketidakpastian mengenai implementasi kesepakatan dan penyelesaian isu-isu struktural yang lebih dalam. Namun, kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan dialog dan bekerja menuju solusi yang saling menguntungkan.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping tidak secara langsung bertemu dalam perundingan di Jenewa pada Mei 2025. Namun, pertemuan penting antara delegasi tinggi kedua negara berlangsung di Jenewa, Swiss, yang melibatkan pejabat senior dari kedua belah pihak untuk membahas isu tarif dan perdagangan.
Trump menyambut baik hasil perundingan tersebut dan menyebutnya sebagai “total reset” atau pengaturan ulang total dalam hubungan dagang AS-China, yang menunjukkan kemajuan signifikan dan suasana yang bersahabat namun konstruktif selama dialog berlangsung.
Delegasi China dipimpin oleh penasihat ekonomi utama Xi Jinping, He Lifeng, dan pejabat keamanan Wang Xiaong, sementara delegasi AS dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent dan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer.
Jadi, meskipun Trump dan Xi Jinping tidak bertemu secara langsung di Jenewa, pertemuan delegasi tingkat tinggi yang mereka pimpin menandai langkah penting dalam meredakan ketegangan perang dagang antara kedua negara.
Kenneth Broux –analis senior dari Societe Generale di London– menilai de-eskalasi konflik dagang ini merupakan perkembangan positif yang mendukung penguatan ekonomi dan pasar keuangan AS.
Selain itu, pengamat seperti Tim Waterer dari KCM Trade di Sydney, Minggu 11 Mei 2025, menyatakan bahwa penurunan tarif oleh kedua negara sangat membantu meredakan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi global dan menandai kemungkinan normalisasi hubungan perdagangan AS-China.
Namun, ada juga skeptisisme terkait kredibilitas AS untuk mempertahankan penurunan tarif setelah masa jeda berakhir, seperti yang disampaikan oleh Arne Petimezas, direktur riset AFS Group.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump menyebut hasil pembicaraan dagang sebagai “pengaturan ulang total” dalam hubungan dagang AS-China yang bersifat “bersahabat, namun konstruktif,” mengindikasikan bahwa penurunan tarif ini merupakan upaya meredakan ketegangan yang sebelumnya dikobarkan oleh kebijakan tarifnya.
Jadi, secara umum, para pengamat melihat penurunan tarif ini sebagai langkah awal perdamaian dalam perang dagang yang sebelumnya dipicu oleh AS, sekaligus sebagai upaya untuk membuka dialog dan mengurangi ketegangan ekonomi global.
Kedua negara, Amerika Serikat dan China, sepakat menurunkan tarif impor sementara selama 90 hari sebagai langkah untuk meredakan ketegangan perang dagang yang telah memicu gejolak pasar global dan kekhawatiran resesi dunia.
Kesepakatan ini muncul setelah perundingan intensif selama dua hari di Jenewa, Swiss, yang menunjukkan komitmen kedua pihak untuk melanjutkan dialog ekonomi dan perdagangan demi mencapai keseimbangan perdagangan yang lebih baik.
Alasan utama penurunan tarif tersebut adalah untuk memberikan jeda diplomatik yang memungkinkan kedua negara menyelesaikan perbedaan mereka secara lebih konstruktif, serta untuk membuka kembali jalur perdagangan yang saling menguntungkan setelah bertahun-tahun mengalami friksi yang merugikan kedua belah pihak dan pasar global.
Selain itu, paket kebijakan AS tetap mencakup elemen tambahan yang bertujuan menekan China agar lebih aktif memberantas perdagangan ilegal fentanyl, yang menjadi salah satu isu penting dalam hubungan dagang kedua negara.
Secara singkat, penurunan tarif ini didorong oleh keinginan bersama untuk mengurangi ketegangan perdagangan, menstabilkan pasar keuangan global, dan memperbaiki defisit perdagangan yang besar antara AS dan China, sekaligus membuka ruang bagi dialog dan kerja sama ekonomi yang lebih baik di masa depan.
Amerika Serikat dan Cina telah menetapkan tarif impor yang signifikan dalam konteks perang dagang yang berlangsung pada tahun 2025. Berikut adalah rincian utama terkait tarif tersebut:
Cina memberlakukan tarif impor sebesar 34 persen atas produk-produk asal Amerika Serikat sebagai balasan terhadap tarif AS, yang mulai berlaku pada 10 April 2025. Sebelumnya, tarif impor Cina terhadap barang AS sempat mencapai 125 persen, namun kemudian dikurangi menjadi 10 persen sebagai bagian dari kesepakatan terbaru antara kedua negara.
Amerika Serikat menerapkan tarif impor sebesar 10 persen pada semua impor dari Cina mulai Februari 2025, yang kemudian ditingkatkan secara bertahap. Pada awal April 2025, tarif timbal balik terhadap barang Cina dinaikkan menjadi 84 persen, dan pada tanggal 9 April 2025, tarif impor AS terhadap Cina mencapai 104 persen.
Selain itu, ada juga tarif tambahan yang membuat total tarif pada barang asal Cina bisa mencapai 54 persen dengan berbagai lapisan tarif yang berlaku.
Terkait angka 30 persen dan 10 persen, tidak ada data spesifik yang menyebutkan tarif 30 persen secara langsung dalam konteks terbaru ini. Namun, tarif 10 persen memang merupakan tarif dasar yang dikenakan AS pada impor dari Cina sejak awal 2025, sementara tarif Cina terhadap produk AS sempat berada di level 125 persen dan kemudian diturunkan menjadi 10 persen dalam kesepakatan terbaru.
Kesimpulannya, kedua negara telah memberlakukan tarif impor yang sangat tinggi dan berlapis sebagai bagian dari perang dagang mereka, dengan tarif AS terhadap Cina berkisar antara 10 persen hingga lebih dari 100 persen tergantung jenis barang dan waktu pemberlakuan, sementara Cina menetapkan tarif balasan 34 persen dan sebelumnya hingga 125 persen yang kemudian diturunkan.
Penurunan tarif impor antara Amerika Serikat dan China diumumkan oleh Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, setelah perundingan tingkat tinggi di Jenewa, Swiss, pada Mei 2025.
Dalam pengumuman tersebut, Scott Bessent menyatakan bahwa kedua negara sepakat menurunkan tarif secara signifikan selama 90 hari, dengan tarif AS terhadap produk China turun menjadi 30 persen dan tarif China terhadap produk AS turun menjadi 10 persen. Pengumuman ini disampaikan dalam konferensi pers bersama dengan pejabat AS lainnya usai dialog intensif antara kedua negara.**