Penulis: Jacobus E. Lato | Editor: Priyo Suwarno
CHINA, SWARAJOMBANG.COM- Pemerintah China dan Rusia resmi bekerja sama berencana membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dan energi tenaga surya (PLTS) di Bulan sebagai bagian dari proyek International Lunar Research Station (ILRS), sebuah pangkalan penelitian ilmiah internasional yang dipimpin bersama oleh kedua negara. Proyek ini direncanakan selesai sekitar tahun 2035-2036.
Nilai investasi pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dan PLTS (Surya) di Bulan oleh China dan Rusia diperkirakan mencapai sekitar 200 miliar yuan atau setara dengan sekitar 27 miliar dolar AS, atau setera dengan Rp 3000 triliun.
Kerja sama antara China dan Rusia untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di Bulan disetujui dan dituangkan dalam nota kesepahaman yang resmi ditandatangani pada Mei 2025.
Angka ini berasal dari estimasi biaya pembangunan sepuluh reaktor nuklir terbaru yang diumumkan China pada tahun 2025, yang juga terkait dengan proyek PLTN di Bulan sebagai bagian dari International Lunar Research Station (ILRS)
Kesepakatan ini diumumkan secara publik sekitar tanggal 14-15 Mei 2025, dengan rencana pembangunan PLTN otomatis di Bulan sebagai bagian dari International Lunar Research Station (ILRS) yang ditargetkan selesai pada tahun 2035-2036
Pembangkit listrik nuklir ini akan menjadi sumber energi utama untuk operasi stasiun tersebut, termasuk mendukung misi tanpa awak dan kehadiran manusia di masa depan di Bulan.
Reaktor nuklir yang dikembangkan akan beroperasi secara otonom tanpa kehadiran manusia selama tahap awal pengoperasian, dengan teknologi yang diklaim hampir siap oleh badan antariksa Rusia, Roscosmos.
Pembangunan ILRS dan PLTN ini menjadi langkah strategis yang menandai kemajuan China dan Rusia dalam eksplorasi luar angkasa, sekaligus menyaingi program Artemis milik Amerika Serikat yang sempat membatalkan rencana pangkalan bulan pada tahun 2026.
Selain reaktor nuklir, China dan Rusia juga berencana membangun panel surya raksasa untuk mendukung distribusi energi di stasiun riset tersebut.
Pangkalan ILRS akan dibangun di sekitar kutub selatan Bulan dan dirancang untuk mendukung eksplorasi jangka panjang serta penelitian ilmiah di sana.
Singkatnya, kerja sama China dan Rusia ini bertujuan membangun pusat energi nuklir otomatis di Bulan untuk mendukung stasiun penelitian internasional yang beroperasi secara permanen dan berkelanjutan.
Tanpa Kehadiran Manusia
Pembangunan reaktor nuklir di Bulan oleh China dan Rusia akan dilakukan secara otomatis, tanpa kehadiran manusia langsung dengan memanfaatkan teknologi otonom dan robotik canggih.
Kepala Badan Antariksa Rusia, Yury Borisov, menyatakan bahwa teknologi yang diperlukan untuk membangun dan mengoperasikan reaktor nuklir ini secara mandiri di lingkungan Bulan hampir siap dan bukan lagi sekadar konsep fiksi ilmiah.
Beberapa poin utama terkait cara pengerjaan otomatis ini adalah:
- Pengiriman dan pemasangan unit reaktor secara otomatis: Reaktor nuklir akan dikirim ke Bulan dan dipasang oleh sistem robotik tanpa campur tangan manusia secara langsung.
- Operasi tanpa awak manusia: Reaktor dirancang untuk beroperasi secara otonom selama tahap awal, memungkinkan pengelolaan energi dan pengendalian dari jarak jauh tanpa perlu kehadiran manusia di lokasi.
- Penggunaan robot dan teknologi kendali jarak jauh: Robot-robot canggih yang mampu melakukan instalasi, pemeliharaan, dan pengoperasian reaktor akan digunakan untuk mengatasi tantangan lingkungan ekstrem di Bulan.
- Pengembangan teknologi pendukung: Termasuk sistem pendinginan reaktor yang menjadi salah satu tantangan teknis besar, serta sistem komunikasi dan kontrol yang memungkinkan kendali dari Bumi atau stasiun luar angkasa.
Dengan pendekatan ini, China dan Rusia berharap dapat mengatasi risiko keselamatan dan teknis yang tinggi jika manusia langsung terlibat dalam pembangunan dan pengoperasian reaktor nuklir di Bulan, sekaligus memastikan pasokan energi yang stabil untuk pangkalan penelitian internasional mereka. **