Penulis: Eko Wienarto | Editor: Priyo Suwarno
JAKARTA, SWARAJOMBANG.COM- Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo mengindikasikan gangguan pada sistem kabel laut bawah laut sebagai penyebab pemadaman listrik massal di Bali pada 2 Mei 2025, meskipun penyebab pastinya masih dalam penyelidikan.
Selain itu, Humas PLN UID Bali, Anom Silaparta, juga menyebutkan bahwa blackout terjadi akibat gangguan pada kabel laut yang mengalirkan listrik dari Jawa ke Bali. Namun, PLN secara resmi masih melakukan investigasi untuk memastikan penyebab pasti gangguan tersebut.
Gangguan kabel bawah laut yang menjadi penyebab blackout listrik di Bali adalah gangguan pada kabel interkoneksi listrik bawah laut yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Bali, khususnya kabel transmisi listrik dari PLTU Paiton di Jawa Timur ke Bali.
Kabel ini merupakan jalur utama penyaluran listrik antar pulau yang mengalami gangguan sehingga menyebabkan terhentinya pasokan listrik ke Bali dan memicu pemadaman total di hampir seluruh wilayah Bali pada 2 Mei 2025.
Penyebab utama blackout atau mati listrik total di Bali pada 2 Mei 2025 adalah gangguan pada kabel bawah laut yang mengalirkan listrik dari Jawa ke Bali. Kabel ini merupakan jalur utama transfer listrik antar pulau, terutama dari PLTU Paiton di Jawa Timur ke Bali.
Gangguan pada kabel ini menyebabkan terhentinya pasokan listrik secara menyeluruh di Bali dan memicu gangguan operasional pada pembangkit listrik di pulau tersebut, termasuk PLTU Celukan Bawang Unit #2 serta beberapa pembangkit lain seperti PLTG Gilimanuk, PLTG Pemaron, dan PLTG Pesanggaran.
PLN mengonfirmasi bahwa indikasi awal gangguan berasal dari kabel interkoneksi bawah laut Jawa-Bali, namun penyebab pastinya masih dalam proses investigasi lebih lanjut. Selain itu, gangguan di PLTU Celukan Bawang Unit #2 juga menjadi faktor yang memperparah kondisi blackout tersebut.
Pemulihan listrik dilakukan secara bertahap dengan mengerahkan ratusan personel dan peralatan lengkap, dan listrik berhasil dipulihkan sekitar 90-100% dalam beberapa jam setelah kejadian. Meski pemadaman berlangsung sekitar 5 jam, dampaknya terhadap sektor pariwisata dan fasilitas umum dapat diantisipasi karena banyak tempat sudah memiliki genset cadangan.
Singkatnya, blackout listrik di Bali disebabkan oleh kerusakan pada kabel bawah laut yang menghubungkan pasokan listrik dari Jawa ke Bali, diperparah oleh gangguan di pembangkit listrik lokal seperti PLTU Celukan Bawang.
Sistem interkoneksi kabel listrik Jawa-Bali merupakan jaringan transmisi listrik yang menghubungkan pasokan listrik dari Pulau Jawa ke Pulau Bali melalui kabel bawah laut tegangan tinggi. Kabel ini berfungsi sebagai jalur utama transfer daya listrik yang memungkinkan Bali mendapatkan sekitar 40% kebutuhan listriknya dari pembangkit listrik di Jawa.
Detail sistem interkoneksi Jawa-Bali:
- Kabel bawah laut yang digunakan adalah Saluran Kabel Laut Tegangan Tinggi (SKLT) dengan tegangan 150 kV.
- Saat ini terdapat empat sirkuit kabel bawah laut yang menghubungkan Ketapang (Jawa Timur) ke Gilimanuk (Bali), yaitu sirkuit 1 & 2 yang beroperasi sejak 1999 dan sirkuit 3 & 4 yang mulai beroperasi sejak 2014.
- Kapasitas total daya listrik yang dapat ditransfer melalui kabel ini mencapai sekitar 396,5 MW, namun secara operasional hanya digunakan sekitar 80% dari kapasitas tersebut, yaitu sekitar 356,74 MW, untuk menjaga keamanan dan keandalan sistem.
- Sistem transmisi ini terintegrasi dengan jaringan listrik Jawa yang menggunakan saluran udara tegangan ekstra tinggi 500 kV dan tegangan tinggi 150 kV sebagai tulang punggung distribusi listrik antar wilayah di Jawa dan Bali.
- Operasi sistem kelistrikan Jawa-Bali dibagi menjadi beberapa region yang dikendalikan oleh Regional Control Center (RCC) dan satu pusat pengendalian utama, Jawa-Bali Control Center (JCC), yang mengatur kestabilan frekuensi, tegangan, dan manajemen energi secara keseluruhan.
Interkoneksi ini memungkinkan Bali untuk mengandalkan pasokan listrik dari Jawa, mengurangi kebutuhan membangun pembangkit listrik besar di Bali, sejalan dengan visi Bali untuk energi bersih dan ramah lingkungan.
Namun, karena ketergantungan ini, gangguan pada kabel interkoneksi bawah laut dapat menyebabkan pemadaman listrik besar-besaran di Bali, seperti yang terjadi pada blackout Mei 2025. Sistem interkoneksi ini merupakan infrastruktur vital yang memerlukan pemeliharaan dan pengawasan ketat agar pasokan listrik tetap stabil dan andal.**