Penulis: Tanasyafira Libas Tirani | Editor: Priyo Suwarno
JAKARTA, SWARAJOMBANG.COM- Nilai tukar Rupiah makin terpuruk setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan kebijakan tarif impor minimum sebesar 10 persen untuk seluruh negara. Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah anjlok ke level terburuk, Rp 17.217 per Dolar AS pada Senin (7/4) pukul 9.16 WIB atau pukul 22.16 waktu New York, Minggu (6/4).
Posisi Rupiah di level tersebut bertahan sekitar 1 menit dan kini Rupiah berada di posisi Rp 16.927 per Dolar AS pukul 10.01 WIB.
Kondisi nilai tukar Rupiah saat ini telah melebihi titik terlemah dalam sejarah, yaitu level krisis ekonomi 1998 ketika Rupiah sempat terperosok hingga Rp 16.800 per Dolar AS.
Kemarin Minggu, 6 April, laporan dari platform Refinitiv menunjukkan bahwa pada tanggal 6 April 2025, pukul 08:10 WIB, nilai tukar rupiah mencapai Rp 17.059 per dolar AS.
Angka Rp 17.217 per dolar AS yang tercatat pada tanggal 67 April 2025 merupakan yang terendah dalam lima tahun terakhir. Sebelumnya, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan signifikan, dan pada akhir Februari 2025, rupiah berada di level sekitar Rp 16.500 per dolar AS, yang juga merupakan posisi terendah pada saat itu. Namun, penurunan lebih lanjut hingga mencapai Rp 17.059 menunjukkan bahwa kondisi saat ini adalah yang paling buruk dalam periode lima tahun terakhir.
Ini merupakan posisi terendah sepanjang sejarah untuk rupiah. Dalam konteks ini, nilai tukar rupiah di pasar non-deliverable forward (NDF) mengalami pelemahan signifikan dibandingkan dengan penutupan sebelumnya pada 27 Maret 2025, di mana rupiah berada pada posisi Rp 16.555 per dolar AS.
Refinitiv adalah penyedia data dan analisis keuangan yang sering digunakan oleh para pelaku pasar untuk mendapatkan informasi terkini mengenai nilai tukar dan kondisi pasar lainnya. Data dari Refinitiv sering kali menjadi acuan bagi analis dan investor dalam membuat keputusan investasi.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) telah mencapai titik terendah dalam sejarah, menembus level Rp 17.000 per dolar di pasar non-deliverable forward (NDF). Pada 6 April 2025, nilai tukar tercatat mencapai Rp 17.059/US$, menandakan tekanan signifikan pada mata uang Garuda.
Faktor Penyebab
Perang Dagang dan Tarif AS: Salah satu penyebab utama pelemahan rupiah adalah kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump. Indonesia dikenakan tarif resiprokal hingga 32%, yang membuat produk Indonesia menjadi lebih mahal di pasar AS, mengurangi daya saing dan permintaan.
Ketidakpastian di pasar global akibat konflik geopolitik, termasuk perang Rusia-Ukraina dan ketegangan di Timur Tengah, juga berkontribusi pada depresiasi rupiah. Analis mengkhawatirkan bahwa situasi ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global, yang berdampak pada pasar keuangan Indonesia.
Rilis data ketenagakerjaan AS yang lebih baik dari ekspektasi (228.000 pekerjaan baru) meningkatkan kekuatan dolar, sementara The Fed mengindikasikan bahwa penurunan suku bunga tidak akan terjadi dalam waktu dekat, menambah tekanan pada nilai tukar rupiah.
Analis memprediksi bahwa jika kondisi ini berlanjut, nilai tukar rupiah dapat terus melemah dan mungkin menyentuh level Rp 17.050 di pasar spot. Meskipun ada upaya dari Bank Indonesia untuk melakukan intervensi di pasar, dampaknya mungkin terbatas karena faktor eksternal yang mendominasi.
Dengan kondisi ini, penting bagi investor dan masyarakat untuk tetap waspada terhadap perkembangan ekonomi global dan kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah ke depan.**