Penulis: Jayadi | Editor: Aditya Prayoga
JAKARTA, SWARAJOMBANG.COM- Tumpukan kardus di dermaga Tanjung Uncang, Batam, bukan sembarang kardus—nilainya mencapai Rp5 triliun. Itu adalah sabu, hasil operasi besar Badan Narkotika Nasional (BNN) yang didukung TNI Angkatan Laut dan Bea Cukai.
“Ini sebuah prestasi besar. Untuk pertama kalinya jumlahnya sampai 2 ton,tutur narasumber Akbar Faizal, di akun YouTube, 25 Mei 2025.
Operasi ini disebut sebagai pengungkapan terbesar sepanjang sejarah Indonesia, dengan total 2.115.130 gram sabu yang diamankan dari kapal Sea Dragon Tarawa.
Nilai barang sitaan itu setara dengan anggaran BNN selama dua tahun, tetapi di balik angka fantastis itu, ada ancaman serius yang mengintai generasi muda dan keluarga Indonesia.
Jaringan Global di Balik Penyelundupan
Menurut Akbar Faizal, proses pengungkapan kasus ini butuh waktu lima bulan. Sabu tersebut diduga berasal dari wilayah perbatasan Myanmar, China, dan Thailand (dikenal sebagai Golden Triangle-Red)
Perjalanan narkoba dimulai dari Teluk Andaman, Myanmar, lalu menuju perairan Kepulauan Riau (Kepri), untuk didistribusikan ke Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Namun, yang lebih mengkhawatirkan adalah jaringan pelaku yang sangat luas. “Ada dua nama besar di balik kasus ini, Fredy Pratama dan Dewi Astuti,” ungkap Akbar.
Kesenyapan yang Mematikan
Fredy Pratama, meski belum tertangkap, sudah dikenal sebagai otak kejahatan lintas negara. Sementara Dewi Astuti, perempuan asal Indonesia berusia sekitar 40 tahun, disebut memiliki jaringan hingga ke Brazil dan Addis Ababa, Afrika.
Akbar menegaskan, ancaman narkoba sangat nyata dan bisa menyerang siapa saja, terutama remaja. “Secara diam-diam terjadi sebuah kesenyapan yang mematikan. Anak-anak kita terancam oleh narkoba,” ujarnya. Ia juga mengingatkan, “Ini bukan kerupuk, bukan periku, bukan gula. Ini narkoba.”
Seruan untuk Seluruh Keluarga dan Pembuat Kebijakan
Akbar mengajak masyarakat, khususnya pengambil kebijakan di Jakarta, untuk tidak menganggap remeh ancaman narkoba. “BNN sedang melakukan segalanya, dan secara diam-diam seperti yang saya sampaikan tadi, kita terancam. Dua ton. Ini bukan mainan,” tegasnya.
Ia menutup dengan pesan: “Mari menjaga keluarga kita.”***