Disarikah oleh Khristina Kencana
AH Ri dalam keadaan lemah dan terluka terjatuh pingsan di depan iring-iringan tandu seorang wanita bangsawan.
Wanita bangsawan itu adalah Ny. Shin yang sedang hamil tua. Ia dalam perjalanan pulang setelah berdoa untuk bayinya.
Ny. Shin yang berhati mulia, bergegas keluar dari tandu dan ia langsung tergerak hatinya untuk menolong Ah Ri begitu melihat kondisi Ah Ri yang hampir pingsan.
Ia menyuruh pelayannya untuk membantu Ah Ri masuk ke dalam tandunya.
Saat iring-iringan tandu masuk ke dalam kota, mereka dicegat oleh pengawal kerajaan yang sedang melakukan pemeriksaan kepada setiap orang yang masuk kota.
Mereka mencari Ah Ri yang dituduh sebagai pemberontak yang melarikan diri. Pengawal menyuruh Ny. Shin keluar dari tandu agar mereka dapat memeriksa tandunya.
Namun Ny. Shin menolak dengan sopan keluar dari tandu dengan alasan kondisinya yang sedang hamil tua dan baru saja pulang berdoa untuk bayinya.
Ah Ri yang terluka bersembunyi di balik gaun hanbok Ny. Shin. Kemudian, pengawal memperbolehkan tandu Ny. Shin melewati pemeriksaan.
Ketika pelayan Ny. Shin mengangkat tandu dan bergerak masuk dalam kota, tiba-tiba pengawal melihat genangan darah yang menetes dari rembesan tandu.
Ia pun segera menghentikan tandu itu dan segera membuka jendelanya. Tapi kali ini tampak Ny. Shin mengerang kesakitan dengan darah di gaun hanbok.
Pelayan Ny. Shin panik seakan-akan situasi mendesak dan melihat Ny. Shin kesakitan yang akan melahirkan setiap saat.
Pelayan Ny. Shin menyatakan status bangsawan sebagai isteri pejabat tinggi dalam kondisi genting hendak melahirkan, pengawal pun terkejut dan buru-buru membuka jalan agar tandu bisa lewat.
Setelah iring-iringan Ny. Shin melawati pemeriksaan, Ah Ri turun dari tandu di tempat yang aman.
Ah Ri mengucapkan terima kasih atas pertolongan Ny. Shin sampai berpura-pura kesakitan.
Tetapi Ny. Shin mengakui bahwa ia sungguh-sungguh merasakan kesakitan seperti mau melahirkan dan bukan berpura-pura sakit.
Ny. Shin mengatakan dengan lembut kalau bayi dalam kandungannya yang telah melindungi Ah Ri.
Kemudian Ah Ri menyampaikan kalau bayi Nyonya Shin adalah gadis yang cantik seperti bulan dan ia akan sangat kaya.
Ny. Shin senang mendengar bayinya perempuan karena ia sangat mendambakan anak perempuan.
Tiba-tiba Ah Ri terpana mendapat penglihatan sekelebat kehidupan masa depan bayi dalam kandungan Ny. Shin.
Ia melihat anak gadis yang bertemu dengan Putra Mahkota, memakai baju kebesaran Putri Mahkota, sakit parah, bulan tertutup awan, lalu kuburan.
Ah Ri melihat bayi ini ditakdirkan dekat dengan matahari, tetapi dapat membahayakan jiwanya. Ah Ri terdiam beberapa saat, dan ia tidak mengatakan apapun pada Ny. Shin.
Sebelum berpisah, Ny. Shin berkata dengan lembut pada Ah Ri bahwa walaupun ia bukan peramal, tapi ia bisa menilai kalau Ah Ri bukanlah orang jahat.
Kemudian, Ny. Shin kembali masuk ke dalam tandu. Saat tandu mulai bergerak jalan, Ah Ri memanggil Ny. Shin dan ia berjanji akan melindungi anak perempuan Ny. Shin dengan nyawanya.
Ny. Shin hanya tersenyum menganggukkan kepala.
Ternyata pelarian Ah Ri tidak berlangsung lama. Upaya menghilangkan jejak ternyata sia-sia.
Tidak lama setelah ia berpisah dengan Ny. Shin, Ah Ri tertangkap saat ia masuk dalam kota dan disiksa dalam sidang pengadilan kerajaan.
Teman-teman Ah Ri, anggota Peramal Seongsukcheong beserta Kepala Senior Peramal hadir menyaksikan jalannya persidangan.
Mereka menatap Ah Ri dengan sedih dan ngeri, terutama Shaman Jang yang mengetahui kebenaran Ah Ri.
Shaman Jang menatap Kepala Peramal sambil memberi kode menggelengkan kepalanya, namun Kepala Senior Peramal membuang muka ke arah lain tanpa melakukan pembelaan apapun untuk Ah Ri.
Perdana Menteri Yoon Dae Hyung memimpin sidang dan interogasi. Ia menyuruh Ah Ri menjelaskan siapa yang memberikan perintah membuat jimat itu.
Ah Ri dengan nafas terengah-engah menahan sakit menjawab, kalau ia tidak pernah menulis jimat itu. Ah Ri menyangkal semua tuduhan yang dilontarkan kepadanya.
Pada saat Yoon Dae Hyung menuduh Ah Ri terbukti bekerja sama dengan para pemberontak, ia sontak geram dan marah mengetahui Yoon Dae Hyung memalsukan bukti.
Ah Ri dengan tatapan geram dan murka berteriak memaki Yoon Dae Hyung dengan suara lantang bak auman singa.
“Bajingan! Kau pikir hanya aku yang melihatnya. Kau pikir semuanya akan berakhir kalau kau menyingkirkanku. Kau salah, bajingan. Bulan di langit sedang melihatmu. Bukan hanya darahnya yang melumuri pedangmu malam itu. Bulan malam itu juga melumuri pedangmu. Tunggu dan lihatlah, bajingan. Suatu hari, semua kejahatanmu akan terbongkar di bawah cahaya bulan. Suatu hari cahaya bulan akan mengakhiri hidupmu yang rendah!”
Yoon Dae Hyung terkejut dan berteriak marah memberikan perintah agar Ah Ri kembali dihukum dan disiksa.
Ah Ri dijebloskan ke dalam penjara dalam kondisi mengenaskan sambil menunggu waktu eksekusi hukuman mati.
Sahabat karib Ah Ri, Shaman Jang Nok Yong berusaha menyogok penjaga penjara agar bisa menemui Ah Ri. Ia hanya diberikan waktu singkat setengah jam mengunjungi Ah Ri.
Shaman Jang menangis melihat kondisi tubuh Ah Ri yang tergeletak lemah setelah mengalami penyiksaan berat.
Shaman Jang menyesali sikap bodoh Ah Ri, karena Ah Ri tidak mendengarkan nasehatnya.
Shaman Jang sudah mengatakan kalau tak ada yang bisa Ah Ri lakukan walaupun ia tetap pergi ke tempat kediaman Pangeran Yi Sung malam itu.
Namun, Ah Ri hanya mengatakan kalau ia tak pernah berharap Pangeran menjadi penguasa. Dan Pangeran Yi Sung pun memiliki pandangan dan pikiran yang sama dengan Ah Ri.
Shaman Jang mengetahui kebenaran Ah Ri ini, namun ia tetap sedih menangis karena tak bisa melakukan apapun untuk sahabatnya, bahkan ia tak bisa menyelamatkan sahabatnya yang telah difitnah.
Sebaliknya, Ah Ri menghiburnya dengan mengatakan kalau semua yang terjadi adalah kehendak langit.
Shaman Jang mengajak Ah Ri berbuat sesuatu menghadap Baginda Raja dan mengatakan kebenarannya langsung pada Raja.
Tetapi Ah Ri malah meminta Shaman Jang untuk tetap hidup dan harus melindungi seorang anak untuk Ah Ri. Ia tahu hidupnya tidak akan lama lagi.
Pesan terakhir Ah Ri, “Walaupun akan memicu masalah bila dia terlalu dekat dengan matahari, takdir menentukan dia harus berada di samping matahari untuk melindunginya. Bantulah aku melindungi anak itu agar dia tetap aman.”
Shaman Jang tidak mengerti dan bertanya apa sebenarnya maksud Ah Ri dan siapa anak yang harus dia lindungi.
Tapi Ah Ri tidak bisa menjawab. Pesan singkat terakhir Ah Ri hanyalah agar Shaman Jang harus tetap hidup untuk melindungi anak itu dan melindungi Seongsukcheong.
Mereka tidak sempat berbicara lebih banyak lagi karena penjaga penjara bergegas menarik Shaman Jang pergi sebelum ketahuan tertangkap orang lain.
Keesokan harinya, eksekusi hukuman mati Ah Ri dilakukan di depan khalayak ramai.
Kedua tangan dan kaki Ah Ri diikat tali di masing-masing sisi dengan ujungnya diikatkan pada kaki empat ekor sapi.
Di saat-saat terakhir hidupnya, Ah Ri menatap langit.
Ia melihat matahari terpecah menjadi dua lalu ia mendapat penglihatan kejadian masa depan; ada dua anak kakak-beradik laki-laki (Lee Hwon dan Pangeran Yang Myung) yang sedamg berlatih pedang dengan gembira.
Ia juga melihat seorang anak perempuan (putri Ny. Shin, Heo Yeon Woo) menjadi Putri Mahkota dalam pakaian jubah kebesaran Putri Mahkota.
Ia berharap dan berkata dalam hati: “Dua matahari, dan satu bulan. Aku berharap mereka bertiga akan tetap aman”.
Kemudian gong dipukul, dan keempat sapi itu mulai berjalan ke arah berlawanan hingga tubuh Ah Ri terangkat dari tanah.
Shaman Jang memejamkan mata tak sanggup menyaksikan sahabatnya, Ah Ri, menjalani hukuman mati yang menggenaskan seperti itu.
Ah Ri meneteskan air mata, menyadari saat kematiannya. (Bersambung)