Penulis: Tanasyafira L. Tirani | Editor: Priyo Suwarno
JAKARTA, SWARAJOMBANG- TikTok mengakuisisi 75,01% saham Tokopedia dari PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dengan nilai sekitar US$1,84 miliar (sekitar Rp 26 triliun), menjadikan TikTok sebagai pemegang saham mayoritas Tokopedia.
Akuisisi ini membawa beberapa efek penting, di antaranya: Tokopedia mendapatkan suntikan dana segar hingga US$1,5 miliar yang dapat digunakan untuk mempercepat profitabilitas dan bersaing lebih agresif di pasar e-commerce Indonesia.
Integrasi antara Tokopedia dan TikTok memungkinkan penggabungan kekuatan marketplace tradisional dengan social commerce TikTok, meningkatkan volume transaksi dan mempercepat proses pembayaran.
TikTok Shop dapat kembali beroperasi di Indonesia dengan dukungan ekosistem Tokopedia, meski tetap menggunakan nama Tokopedia untuk platform e-commerce-nya.
Kampanye promosi seperti “Beli Lokal” akan didorong bersama untuk mendukung merchant lokal dan produk Indonesia.
Dampak Negatif
Akuisisi ini meningkatkan konsentrasi pasar e-commerce Indonesia, dengan entitas gabungan menguasai sekitar 40-45% pangsa pasar, mendekati Shopee yang memimpin dengan sekitar 40%.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengindikasikan potensi praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, seperti tying dan bundling yang dapat merugikan UMKM dan konsumen.
Risiko praktik self-preferencing, di mana platform bisa lebih memprioritaskan produk miliknya sendiri, sehingga produk UMKM lokal bisa terpinggirkan dan sulit bersaing.
Terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ratusan karyawan Tokopedia, yang berpotensi mengurangi kapasitas dukungan bagi UMKM.
TikTok membantah tudingan monopoli dan menyatakan tetap membuka akses bagi penjual untuk mempromosikan produk di platform lain, serta bekerja sama dengan berbagai penyedia jasa logistik dan pembayaran.
Dominasi pasar yang besar membuat kompetitor e-commerce lain menghadapi tantangan lebih berat untuk bersaing, memperkuat posisi TikTok-Tokopedia sebagai salah satu pemain terbesar di Indonesia.
Struktur pasar menjadi lebih terkonsentrasi, dengan risiko penyalahgunaan posisi dominan seperti penetapan harga sepihak dan diskriminasi produk yang dapat menghambat inovasi dan keberagaman pasar.
Singkatnya, akuisisi Tokopedia oleh TikTok membawa peluang besar untuk pengembangan e-commerce dan social commerce di Indonesia, namun juga menimbulkan kekhawatiran serius terkait potensi monopoli, dampak pada UMKM, dan persaingan usaha yang sehat di pasar e-commerce nasional
TikTok Shop baru saja mengumumkan kabar yang cukup menggemparkan: ratusan karyawan di Indonesia terkena PHK massal. PHK ini terjadi setelah proses merger dengan Tokopedia, dan rencananya akan terus berlanjut di gelombang berikutnya paling cepat Juli 2025.
Divisi yang terdampak pun tak main-main—logistik, operasional, pemasaran, hingga pergudangan.
Tapi mari kita berhenti sejenak, dan melihat ini bukan hanya sebagai berita, tapi peringatan untuk para pemilik bisnis, termasuk pelaku UMKM.
Kalau perusahaan sebesar TikTok Shop saja bisa goyah karena dinamika organisasi, bagaimana dengan bisnis kita yang sumber dayanya terbatas?
Banyak pemilik bisnis mengeluhkan hal yang sama:
“Karyawan saya sering nggak tahu harus ngapain.”
“Baru dilatih, sudah resign.”
“Atau malah direkrut asal-asalan, akhirnya ngerusak tim.”
Padahal, bisnis bisa berkembang jauh lebih cepat kalau kita punya strategi rekrutmen yang tepat, pelatihan yang rutin, dan SOP yang jelas.
Kenapa? Karena tim yang terarah bisa bekerja mandiri, tidak selalu menunggu instruksi, dan tahu bagaimana menyelesaikan masalah dengan sistem yang sudah disepakati bersama.
Beda sekali rasanya punya tim yang berkembang bersama Anda—bukan hanya sekadar kerja, tapi benar-benar mengerti tujuan bisnis dan punya semangat untuk tumbuh.
Dari situ, kami menyusun sebuah panduan praktis berjudul “Strategi Mengelola Bisnis Tanpa Stress”—buku yang membahas cerita lengkap bagaimana CEO of dconsulting group bisa membangun bisnisnya dan tidak ragu untuk buang uang untuk upgrade skill karyawannya hingga bisa bertumbuh bersama.
Karena bisnis yang kuat bukan hanya soal modal, tapi tentang tim yang solid, terarah, dan selalu siap berkembang. **