Penulis: Jayadi | Editor: Aditya Prayoga
ATLANTA, SWARAJOMBANG– Drama ketidakadilan dalam liga voli putri Korea kembali mencuat ke permukaan, kali ini menyoroti keputusan KOVO (Komite Voli Korea) dan perlakuan tim Red Sparks terhadap dua pemain asing, Megawati Hangestri (Mega) dari Indonesia dan Giovanna Milana (Gia) dari Brasil.
Protes Penggemar Atas Pencoretan Megawati dari Best 7
Keputusan KOVO yang tidak memasukkan Megawati dalam daftar Best 7 V-League 2024-2025 memicu gelombang protes dari penggemar, baik di media sosial maupun forum-forum olahraga Korea Selatan.
Padahal, performa Mega sepanjang musim ini sangat mengesankan — ia membawa Red Sparks meraih 13 kemenangan beruntun, meraih 2 gelar MVP dan mengantarkan timnya ke babak final.
Sebaliknya, posisi opposite dalam Best 7 justru diberikan kepada Gyselle Silva (GS Caltex), yang gagal membawa timnya kekalahan beruntun 14 kali. Keputusan ini dinilai tidak objektif dan memicu pertanyaan tentang transparansi penilaian KOVO.
Pengakuan Mengejutkan dari Giovanna Milana
Kontroversi semakin memanas setelah Giovanna Milana, mantan rekan setim Megawati di Red Sparks, mengungkapkan fakta mengejutkan tentang perlakuan tim terhadap pemainnya. Dalam unggahan Instagram yang kemudian dihapus, Gia menyatakan:
Para pemain diperlakukan seperti aset, bukan sebagai manusia.
Pernyataan ini langsung menjadi viral dan memicu kemarahan netizen Indonesia, yang menilai bahwa, Red Sparks dan KOVO tidak menghargai kontribusi pemain asing. Ungkapan Gia ini muncul di tengah kontroversi pencoretan Mega dari Best 7, memperkuat dugaan bahwa ada masalah internal dalam manajemen tim.
Reaksi Penggemar dan Dampaknya
Ribuan komentar dari fans Indonesia membanjiri akun resmi – KOVO dan Red Sparks- menuntut keadilan atas keputusan yang dinilai tidak fair. Protes ini juga menyoroti kemungkinan Megawati tidak bermain di V-League musim depan, yang akan menjadi kerugian besar bagi liga baik dari segi penampilan atlet maupun dukungan penggemar.
Apa yang Terjadi Selanjutnya?
Kasus ini telah membuka diskusi tentang perlindungan hak pemain dan transparansi penilaian di KOVO. Jika tidak ditangani dengan baik, reputasi liga voli Korea bisa terancam, terutama di mata pemain internasional dan fans global.***