swarajombang.com
  • Home
  • Tren
  • Politik
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Kuliner
  • Kesehatan
  • Traveling
  • Figur
  • Kolom
  • Lainnya
    • LIFESTYLE
    • JULA-JULI NJOMBANGAN
    • MIMBAR RAKYAT
    • SENI & BUDAYA
    • HOBIES
    • GALERI
No Result
View All Result
swarajombang.com
  • Home
  • Tren
  • Politik
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Kuliner
  • Kesehatan
  • Traveling
  • Figur
  • Kolom
  • Lainnya
    • LIFESTYLE
    • JULA-JULI NJOMBANGAN
    • MIMBAR RAKYAT
    • SENI & BUDAYA
    • HOBIES
    • GALERI
No Result
View All Result
swarajombang.com
No Result
View All Result
Home Olahraga

Musibah Kubro Sepak Bola Kanjuruhan, Mengapa Mesti Terjadi?

02-10-2022 12:40:27
in Olahraga
Musibah Kubro Sepak Bola Kanjuruhan, Mengapa Mesti Terjadi?

Menko PMK Muhaddjir Effendy menjenguk korban musibah kubro Stadion Kanjuruhan Malang yang dirawat di RS Kepanjen Malang, Minggu (2/10/2022). (Foto: SWARAJOMBANG.com/ Anwar Hudijono)

Share on FacebookShare on Twitter

Oleh Anwar Hudijono

MALANG, SWARAJOMBANG.com – Mata dunia saat ini dengan pandangan tajam, nanar dan menyala tertuju ke  Indonesia. Tepatnya di Stadion Kanjuruhan yang terletak sekitar 17 kilometer arah selatan Kota Malang. Pasalnya, di sinilah pada hari Sabtu, 1 Oktober 2022 terjadi musibah kubro, tragedi terbesar dalam sejarah sepak bola dunia. Hampir 200 nyawa melayang,  ratusan orang menderita luka-luka, sebagian dalam kondisi kritis menyusul situasi anarkis penonton.

Musibah  kubro ini melampaui tragedi terbesar sebelumnya yaitu kerusuhan Stadion Heysel Brussels, 29 Mei 1985 akibat dinding stadion roboh menyusul bentrokan suporter fanatik Liverpool, Inggris dengan Juventus, Italia. Sebanyak 39 nyawa melayang dan 600 luka-luka. Sebanyak 14 suporter dihukum karena pembunuhan.

Musibah kubro Kanjuruhan terjadi dalam pertandingan tuan rumah Arema FC melawan musuh bebubuyutannya,  Persebaya Surabaya. Pertandingan ini tidak disaksikan suporter Persebaya untuk mengantisipasi bentrokan seperti yang sudah sering terjadi sejak Arema bermarkas di Stadion Gajayana Kota Malang.

Anarkisme pecah ketika pertandingan berakhir 2-3 untuk kemenangan Persebaya. Tiba-tiba penonton seperti banjir bandang dari jebolnya bendungan turun dari tribun membanjiri  lapangan hijau. Para pemain, wasit dan kru pertandingan berhasil menyelamatkan diri masuk ke dalam ruang ganti.

Kobaran emosi akibat kekalahan berubah menjadi kepanikan penonton setelah aparat keamanan menyemprotkan gas air mata. Semprotan tidak hanya diarahkan ke arah penonton yang merangsak di lapangan hijau melainkan juga ke arah penonton di tribun.

Secara psikologis semprotan air mata itu membuat orang takut. Karena takut dan berusaha menjauhi otomatis melakukan  dengan tergesa-gesa, bahkan berusaha berlari. Soalnya laju semprotan itu mesti lebih cepat daripada langkah kaki. Apalagi kalau nyemprotnya sambil nggeget untu (menggertakkan gigi).

Nah, semprotan gas air mata inilah yang yang menjadi “primadona” sorotan nitizen. Mengapa aparat mesti menggunakan gas air mata? Bukankah itu tidak sesuai dengan aturan otoritas sepak bola dunia (FIFA)? Kita tunggu polisi menjelaskan ke nitizen. Biasanya polisi itu selalu punya jawaban.

Sementara sistem konstruksi tribun itu memang tidak memungkinkan untuk bergerak cepat. Jalannya hanya cukup satu orang berbaris. Orang yang panik, ketakutan  dan tergesa-gesa cenderung kehilangan akal sehat. Disertai sesak napas. 

Seandainya penonton tidak melebihi kapasitas tribun pun dalam situasi demikian sulit dihindari apalagi jika sampai melebihi kapasitas.  Sangat mungkin terjadi saling dorong, saling desak, saling ringsek, tak peduli orang lain jatuh atau sakit. Situasinya seperti gabah diinteri (ditampi).

Sebenarnya varian masalah Stadion Kanjuruhan itu  lebih sederhana daripada Heysel. Tidak ada ada bentrokan suporter kedua tim karena Bonek, suporter Persebaya tidak diijinkan  menyaksikan pertandingan. Ini mestinya membuat pengamanan jauh lebih ringan. Coba kalau suporter Persebaya diijinkan, pengamanan terbuka dan tertutup sudah harus dilakukan sejak perbatasan Malang sejauh sekitar 50 km.

Dalam kerusuhan ini tidak ada faktor infrasruktur seperti tembok stadion roboh, fasilitas terbakar. Varian utamanya kan suporter Arema merangsak masuk lapangan hijau sesaat   pertandingan  usai. Modus semacam itu sebenarnya sudah sangat sering terjadi. Bahkan terjadi di saat pertandingan berlangsung.

Selama ini jika terjadi hal demikian  tidak terlalu sulit mengatasinya. Jika tokoh-tokoh Arema kultural seperti Ovan Tobing, Suyitno, Edy Rumpoko berteriak di pengeras suara meminta mereka tertib balik ke tribun,  biasanya patuh. Eksistensi tokoh kultural itu tidak bisa digantikan pejabat, politisi. Nah, pada saat kejadian Sabtu itu apakah tokoh kultural semacam itu tidak ada?

Musibah kubro sudah terjadi. Dalam kerangka akuntabilitas publik, masalah ini harus diinvestigasi, diselidiki secara menyeluruh. Yang lebih baik, pemerintah membentuk tim independen dari pelbagai elemen masyarakat dan lembaga yang punya otoritas. Dengan begitu lebih membuat masyarakat percaya. Karena saat ini meyakinkan masyarakat itu seperti menjerang air dengan kompor di lantai sementara cereknya di bubungan rumah.

Untuk para korban musibah kubro Stadion Kanjuruhan, saya menyampaikan duka cita yang mendalam. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.

Rabbi a’lam (Tuhan Maha Tahu)

*Anwar Hudijono, wartawan senior tinggal di Sidoarjo. Peraih PWI Jatim Award untuk kategori Tokoh Pers Daerah 2022.

Tags: Bentrok Suporter Sepak BolaHampir 200 Nyawa MelayangheadlinesMenko PMK Muhadjir EffendyStadion Kanjuruhan Malang
Previous Post

Komisi IX Minta Penyajian Data Tenaga Kerja Asing di Daerah Harus Jelas

Next Post

Kronologi Kerusuhan Suporter Arema FC Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang

Next Post
Kronologi Kerusuhan Suporter Arema FC Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang

Kronologi Kerusuhan Suporter Arema FC Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Populer

  • Lulusan PT Harus Jadi Agen Perubahan dan Memiliki Intelektualitas

    Lulusan PT Harus Jadi Agen Perubahan dan Memiliki Intelektualitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Viral Polisi Aniaya Sopir Truk di Jombang Berdamai di Mapolres, Propam Tetap Lanjutkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Polemik Hukum Ijazah Jokowi, Prof Sofian Efendi: Tak Ada Bukti Kuat Ijazah Itu Ada

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bupati Jombang Serahkan Bantuan Rp. 700 Juta untuk Korban Erupsi Semeru

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jika Penghuni Tak Bayar, Pemkab Jombang Akan Tutup Ruko Simpang Tiga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Logo Simple swarajombang

Redaksi
Pedoman Pemberitaan Media Siber
Kode Etik Jurnalistik

Kontak Kami

PT. Kredo Media Grup
Jl. Gubernur Suryo VII/ L-9, Jombang - 61418
Jawa Timur, Indonesia

Telp. 62-321-3086261
Fax. 62-321-3086261

[email protected]
[email protected]

No Result
View All Result
  • Home
  • Tren
  • Politik
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Kuliner
  • Kesehatan
  • Traveling
  • Figur
  • Kolom
  • Lainnya
    • LIFESTYLE
    • JULA-JULI NJOMBANGAN
    • MIMBAR RAKYAT
    • SENI & BUDAYA
    • HOBIES
    • GALERI

© 2021 SwaraJombang.com - Design by SwaraJombang StudioSJ.