Penulis: Hadi S. Purwanto | Editor: Priyo Suwarno
SAWARAJOMBANG.COM, JAKARTA– D. Zawawi Imron menerima Anugerah Sastrawan Adiluhung pada perayaan Hari Puisi Indonesia (HPI) yang diadakan pada 20 Desember 2024 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Penghargaan ini diserahkan oleh Fadly Zon, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, sebagai pengakuan atas kontribusinya yang signifikan dalam dunia sastra.
D. Zawawi Imron, lahir pada 1 Januari 1945 di Batang-Batang, Sumenep, dikenal sebagai sastrawan legendaris dan seorang budayawan yang aktif dalam memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan melalui karya-karyanya. Sebelumnya juga telah menerima berbagai penghargaan sepanjang kariernya, termasuk Penghargaan Achmad Bakrie XX di bidang Seni dan Budaya pada tahun 2024
D. Zawawi Imron menerima Anugerah Sastrawan Adiluhung pada perayaan Hari Puisi Indonesia 2024 karena kontribusinya yang luar biasa dalam dunia sastra, terutama melalui puisi-puisinya yang kaya makna dan menggunakan diksi sederhana namun mendalam.
Penghargaan ini diberikan oleh Yayasan Hari Puisi Indonesia (HPI) dan diharapkan dapat menginspirasi banyak orang dalam mencintai sastra.
Zawawi dikenal sebagai penyair produktif yang telah menghasilkan banyak karya, termasuk puisi-puisi yang menyentuh tema kehidupan sehari-hari dan nilai-nilai kemanusiaan. Dua puisinya yang terkenal, “Nagasari” dan “Ibu”, menunjukkan kemampuannya dalam menyampaikan pesan-pesan mendalam melalui bahasa yang mudah dipahami.
Selain itu, Zawawi juga memiliki sejarah panjang dalam dunia sastra, dengan berbagai penghargaan yang telah diraihnya sebelumnya, termasuk S.E.A. Write Award dan penghargaan dari Yayasan Buku Utama.
Dengan latar belakang sebagai seorang kiai dan pengasuh pesantren, Zawawi Imron tidak hanya berkontribusi dalam sastra tetapi juga dalam pengembangan budaya di Indonesia, menjadikannya sosok yang dihormati di kalangan sastrawan dan masyarakat luas.
D. Zawawi Imron dianggap sebagai budayawan Madura karena beberapa faktor yang mencerminkan dedikasi dan kontribusinya terhadap budaya dan sastra di daerah asalnya, Madura. Berikut adalah beberapa alasan utama:
Zawawi Imron lahir dan besar di Batang-Batang, Sumenep, yang merupakan bagian dari Pulau Madura. Ia tetap tinggal di daerah tersebut, menjadikannya dekat dengan tradisi dan budaya lokal. Karya-karyanya sering kali terinspirasi oleh nilai-nilai dan warisan budaya Madura.
Sebagai penyair, Zawawi telah menghasilkan banyak karya yang tidak hanya mencerminkan kehidupan masyarakat Madura tetapi juga mengangkat tema-tema universal. Kumpulan puisi seperti Semerbak Mayang dan Madura Akulah Lautmu menunjukkan kedalaman pemikirannya tentang identitas dan budaya Madura.
Zawawi aktif dalam pendidikan dan sering diundang untuk berbicara di berbagai seminar tentang budaya Madura. Ia juga terlibat dalam pengajaran di pesantren, sehingga berperan dalam mentransfer nilai-nilai budaya kepada generasi muda.
Ia telah menerima berbagai penghargaan, termasuk The S.E.A Write Award, yang menunjukkan pengakuan atas kontribusinya dalam sastra dan budaya. Penghargaan ini menegaskan posisinya sebagai salah satu tokoh penting dalam dunia sastra Indonesia, khususnya dari Madura.
Zawawi sering menyampaikan pentingnya melestarikan kesenian dan tradisi lokal. Ia mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap warisan budaya mereka dan aktif dalam menjaga serta mengembangkan kesenian yang ada.
Melalui kombinasi dari faktor-faktor ini, D. Zawawi Imron tidak hanya dikenal sebagai sastrawan tetapi juga sebagai budayawan yang berkomitmen untuk memajukan dan melestarikan budaya Madura.**