Penulis: Anwar Hudijono | Editor: Zainul A Basuni
JAKARTA, SWARAJOMBANG.com – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyampaikan, generasi milenial (kelahiran 1981-1996) dan generasi z (kelahiran 1997-2012) harus memiliki penguasaan teknologi digital.
Menurutnya, di era digital dewasa ini, penguasaan teknologi digital menjadi bagian utama yang tak terpisahkan dari kehidupan.
Hal tersebut dikatakannya saat menyampaikan pidato kunci pada Seminar dan Kuliah Umum Literasi Komputasi: Literasi dan Etika Digital Melalui GNRM, di Auditorium Universitas Al-Azhar Indonesia, Jakarta, pada Kamis, (5/10/2023)
“Jadi semua generasi milenia dan generasi z wajib menguasai digital. Kalau dulu zaman saya tidak perlu. Saya cukup pintar ngomong, pintar nulis, menguasai bahasa asing. Tapi sekarang tidak cukup harus menguasai komunikasi digital. Itu menjadi bagian utama,” ujarnya.
Menko Muhadjir menjelaskan, perkembangan global saat ini membuat penguasaan teknologi digital harus dimiliki generasi muda. Menurutnya, era saat ini adalah era baru yang belum pernah dialami pada era sebelumnya.
“Ini era baru sama sekali yang belum pernah dialami oleh revolusi digital sebelumnya di mana teknologi digital ini hampir menghapus semua jenis keterampilan yang selama ini dipersyaratkan untuk menjadi manusia beradab,” terangnya.
Namun, kata Muhadjir ada sisi negatif dari era digital, yaitu adanya disrupsi keterampilan dan kemampuan berpikir yang semakin lama kehidupan manusia bisa digantikan oleh teknologi digital dan kecerdasan buatan (artificial intelegence/AI). Karena itu, dia menerangkan, perlu ada batasan-batasan yang bisa membuat pemanfaatan teknologi digital tidak membuat disrupsi keterampilan dan kemampuan berpikir semakin parah.
“Tantangan terbesar kedepan menetapkan namanya ‘Moral and Ethical Bordering’, batasan moral batasan etika, mana yang tidak boleh dilampau ketika kita menguasai teknologi digital. Dan kita sadar betul bahwa ini tantangan sangat berat untuk Indonesia,” terang dia.
Lebih lanjut Muhadjir menyampaikan bahwa ‘Revolusi Mental’ merupakan gerakan bersama untuk merubah cara pikir, cara kerja, dan cara hidup. Sikap positif terhadap suatu permasalahan perlu terus dikembangkan, sehingga perlu pergeseran tingkatan sikap dari antipati, apati, simpati, menjadi empati.
Muhadjir berharap, Universitas Al-Azhar Indonesia bisa menelurkan berbagai macam buah pikiran untuk pemanfaatan teknologi digital dengan bijak. Menurutnya, Universitas Al-Azhar Indonesia bisa menjadi think-thank yang bisa memberikan batasan moral berkaitan dengan teknologi dan artifisial inteligence.
“Malapetaka teknologi akan terjadi kalau kita tidak arif tidak bisa memanfaatkan sebaik-baiknya,” tutupnya.