Penulis: Syaifudin | Editor: Priyo Suwarno
SURABAYA, SWARAJOMBANG.COM- Ajun Komisaris Polisi Rina Shanty, Kepala Seksi Humas Polrestabes Surabaya, mengungkapkan bahwa kasus Ivan Sugianto telah dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Surabaya, Selasa 13 Januari 2025, dengan status berkas sudah P21 (Lengkap dan memenuhi syarat).
Rina Shanty menekankan bahwa pelimpahan ini merupakan langkah penting dalam penegakan hukum terkait perundungan, dan diharapkan dapat memberikan keadilan bagi korban. Kasus ini menjadi viral dan menjadi perhatian publik di Indonesia.
Peristiwa yang melibatkan Ivan Sugianto, seorang pengusaha asal Surabaya, kini memasuki tahap hukum setelah aksinya yang memaksa seorang siswa SMA untuk bersujud dan menggonggong seperti anjing.
Kasus ini bermula dari ejekan yang diterima anak Ivan oleh siswa lain, yang menyebut rambutnya mirip anjing poodle saat pertandingan basket antara SMA Cita Hati dan SMA Kristen Gloria 2 Surabaya. Merasa tidak terima, Ivan mendatangi sekolah tersebut dan melakukan intimidasi terhadap siswa yang mengejek anaknya.
Siswa dari SMA Gloria 2 mengejek anak Ivan dengan menyebutnya “poodle” selama pertandingan basket. Ivan, tidak terima dengan ejekan tersebut, datang ke sekolah bersama sejumlah orang untuk mencari siswa yang mengejek. Dalam insiden tersebut, Ivan memaksa siswa yang bersangkutan untuk sujud dan menggonggong di hadapannya, sambil mengancam dengan kehadiran prema. Video insiden ini menjadi viral, memicu kecaman luas dari publik dan media sosial
Ivan Sugianto kini telah ditetapkan sebagai tersangka dan diadili atas dua pasal: Pasal 80 ayat 1 UU No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan Pasal 335 KUHP tentang perbuatan tidak menyenangkan.
Ia terancam hukuman penjara hingga 3 tahun 6 bulan dan/atau denda hingga Rp 72 juta. Meskipun Ivan telah meminta maaf secara publik, pihak sekolah tetap berkomitmen untuk melanjutkan proses hukum.
Kasus ini telah menarik perhatian luas, termasuk tantangan duel dari seorang penggiat media sosial bernama Lex Wu kepada Ivan, menyoroti ketidakpuasan masyarakat terhadap tindakan kekerasan verbal dan fisik terhadap anak-anak.
Ivan Sugianto kini menghadapi konsekuensi serius dari tindakan arogannya, yang tidak hanya merugikan dirinya tetapi juga keluarganya, sebagaimana dinyatakan dalam video klarifikasi anaknya yang meminta maaf atas situasi yang terjadi akibat insiden tersebut.
Kilas Balik
Kasus ini bermula dari ejekan yang diterima anak Ivan, berinisial E, dari siswa SMA Gloria 2 setelah pertandingan basket pada 10 Oktober 2024. E diejek karena rambutnya yang dianggap mirip anjing pudel.
Merasa tidak terima dengan ejekan tersebut, Ivan mendatangi sekolah EN pada akhir Oktober 2024. Dalam pertemuan itu, Ivan memaksa EN untuk bersujud dan menggonggong sebagai bentuk permintaan maaf, tindakan yang direkam dalam video dan menjadi viral di media sosial
Video tersebut memicu kemarahan publik dan kritik terhadap tindakan Ivan, yang dianggap sebagai bentuk perundungan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia
Pada 14 November 2024, Ivan ditangkap oleh polisi di Bandara Juanda setelah statusnya ditetapkan sebagai tersangka. Ia dijerat dengan Pasal 80 ayat 1 Undang-Undang Perlindungan Anak dan Pasal 335 ayat 1 KUHP dengan ancaman hukuman hingga tiga tahun penjara
Setelah penangkapannya, Ivan mengunggah video permintaan maaf atas tindakannya. Ia mengklaim telah berdamai dengan orang tua EN, namun pihak sekolah menolak dan melaporkannya ke polisi
Kasus ini mencerminkan masalah serius mengenai bullying dan kekerasan di lingkungan pendidikan serta tanggung jawab orang dewasa dalam menyelesaikan konflik secara bijaksana. **