Penulis: Jacobus E. Lato | Editor: Priyo Suwarno
KREDONEWS.COM, TEL AVIV- Persana Menteri Israel Benaymin Netanyahu menyatakan kecewa dari pihak Israel atas kesepakatan gencatan senjata AS-Houthi. Netanyahu dan pemerintahannya terkejut dan kecewa atas pengumuman mendadak Presiden AS Donald Trump yang membuat kesepakatan gencatan senjata dengan Houthi tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada Israel.
Seorang pejabat Israel yang berbicara secara anonim juga mengungkapkan rasa kekecewaan yang besar terhadap langkah Trump tersebut, Senin 12 Mei 2025.
Netanyahu bahkan mengisyaratkan keinginan untuk mengurangi bantuan militer AS secara bertahap sebagai respons atas memburuknya hubungan dengan pemerintahan Trump terkait kebijakan luar negeri, termasuk kesepakatan dengan Houthi.
Israel menanggapi kesepakatan gencatan senjata antara Amerika Serikat (AS) dan kelompok Houthi di Yaman dengan kekecewaan dan kekhawatiran. Israel merasa bahwa kesepakatan tersebut “menelikung” karena gencatan senjata itu hanya berlaku untuk menghentikan serangan Houthi terhadap kapal-kapal AS dan tidak mencakup Israel.
Kelompok Houthi secara tegas menyatakan bahwa mereka akan tetap menargetkan Israel, termasuk meluncurkan serangan drone ke wilayah Israel, meskipun ada gencatan senjata dengan AS.
Ketegangan antara Israel dan Houthi terus meningkat, dengan serangan rudal Houthi yang mendarat dekat Bandara Ben Gurion Israel dan serangan udara balasan Israel ke pelabuhan Hodeidah serta Bandara Sanaa di Yaman.
Israel memandang posisi Houthi sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasionalnya dan berkomitmen untuk menghadapi ancaman tersebut secara mandiri setelah AS membuat kesepakatan gencatan senjata dengan Houthi tanpa memasukkan Israel dalam perjanjian tersebut.
Singkatnya, Israel kecewa dan merasa diabaikan oleh keputusan AS yang hanya fokus pada gencatan senjata dengan Houthi terkait AS, sementara ancaman Houthi terhadap Israel tetap ada dan Israel siap mengambil tindakan sendiri untuk menjaga keamanannya.
Amerika Serikat (AS) dan kelompok bersenjata Houthi di Yaman telah mencapai kesepakatan gencatan senjata yang bertujuan menghentikan serangan Houthi terhadap kapal-kapal AS di Laut Merah dan memastikan kebebasan navigasi di kawasan tersebut. Namun, kelompok Houthi menegaskan bahwa gencatan senjata ini hanya berlaku untuk AS dan tidak mencakup Israel. Artinya, serangan terhadap kapal-kapal yang terkait dengan Israel masih mungkin terjadi di Laut Merah.
Keputusan AS untuk mengakhiri serangan udara terhadap Houthi dan menyetujui gencatan senjata ini diumumkan secara mendadak oleh Presiden Donald Trump, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada Israel.
Hal ini mengejutkan dan membuat Israel merasa dikhianati, terutama karena AS juga sedang mengadakan pembicaraan rahasia dengan militan Hamas dan negosiasi dengan Iran terkait program nuklirnya. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan akan bertindak sendiri untuk menghadapi ancaman Houthi setelah AS membuat kesepakatan tersebut.
Ketegangan antara Israel dan Houthi terus meningkat, dengan serangan rudal Houthi yang mendarat dekat Bandara Ben Gurion Israel dan serangan udara balasan Israel ke pelabuhan Hodeidah dan Bandara Sanaa di Yaman.
Israel merasa ditelikung oleh keputusan AS yang dianggap mengabaikan kepentingan keamanan Israel dalam kesepakatan gencatan senjata dengan Houthi.
Singkatnya, gencatan senjata AS-Houthi hanya berlaku untuk menghentikan serangan terhadap AS dan tidak melibatkan Israel, yang membuat Israel kecewa dan memutuskan untuk menghadapi ancaman Houthi secara mandiri. **