Oleh: Hernawan*
Kalau kita boleh mencermati, proses pembentukan timnas untuk AFF 2020 rasa-rasanya hanya sekedar pembentukan kerangka Timnas masa depan. Artinya, Timnas ini tidak dibebani target juara di gelaran AFF CUP 2020, mengingat skuad timnas hanya diisi oleh pemain-pemain muda yang rata-rata masih berusia dibawah 22 tahun.
Kenapa jangan berharap juara, mari kita simak tanda-tanda sebagai berikut.
Pertama, keluhan Shin Tae Yong atau yang biasa dipanggil STY (pelatih Timnas) terhadap pemain timnas (kala TC di Turki), yaitu masih rendahnya penguasaan teknis dasar dalam bermain sepak bola, terutama masalah kontrol dan passing. Padahal, seluruh pemain adalah pemain-pemain yang
aktif di liga, baik dalam maupun luar negeri.
Kedua, dari hasil uji coba dengan Myanmar, meski menang 4-1 tetapi STY masih mengeluhkan performa Timnas.
Ketiga, merasa kekuatan Timnas asuhannya dianggap belum bisa diandalkan, STY mengajukan usulan rekruitmen empat pemain keturunan kepada PSSI. Karena terlalu mepet dengan waktu penyelenggaraan AFF 2020, PSSI belum mampu memenuhinya.
Keempat, secara serius PSSI tetap melakukan tahapan rekrutmen pemain keturunan sesuai permintaan STY, meski gelaran AFF 2020 sudah berlangsung.
Dari tanda-tanda tersebut bisa disimpulkan bahwa kekuatan Timnas sesungguhnya bukanlah Timnas yang sekarang berlaga di AFF 2020. Kekuatan timnas senior yang sesungguhnya adalah nanti setelah bergabungnya pemain-pemain keturunan yang diminta STY.
Kalau kita boleh flashback, alasan PSSI rekrut STY daripada Luis Milla
salah satunya adalah, STY berani janji Timnas persembahkan thropy juara. Mungkin dengan tambahan 4 pemain keturunan itulah STY akan menenuhi janjinya persembahkan thropy juara.
So, jadinya di piala AFF 2020 ini kita tidak usah berharap terlalu berlebihan terhadap Timnas untuk menjadi juara.
*Penulis adalah mantan pengurus PSID (Persatuan Sepakbola Indonesia Djombang) era 1980-an dan pemerhati sepakbola.