Penulis: Andi Yoli Purnomo | Editor: Priyo Suwarno
JEMBER, SWARAJOMBANG.COM- UDS Jember tidak bisa dilepaskan dari nama Lektol.dr. RM Soebandi, seorang tokoh pejuang yang gugur pada tanggal 8 Februari 1949 dalam penyergapan pasukan Belanda di desa Karang Kedawung, kecamatan Mumbulsari, Jember, Jawa Timur.
Kini peristiwa itu menginjak tahun ke 76, untuk itulah Universitas Dokter Soebandi (UDS), kembali akan menyelenggarakan peringatan gugurnya sang pejuang. Awal bulan Januari 2025, UDS menggelar rapat pesiapan rencana acara peringatan, di bawah arahan Ketua Dewan Penyantun Yayasan Pendidikan Jember International School (YP JIS), Drs Maschun dan Ketua Yayasan Lulut Sasmito.
Maschun menyatakan bahwa UDS mempunyai kewajiban moral untuk menjelaksan kepada generasi muda atas pejuangan dokter Soebandi, “Kami memberi nama Universitas Dokter Soebandi, karena menghormati jasa beliau,” katanya.
Untuk itulah, UDS kembali menyelenggarakan acara peringatan ini sebagai bagian dari melestarikan nilai luhur perjuangan dokter Soebandi, “Kami juga berkewajiban menularkan nilai-nilai kejuangan ini kepada generasi muda, khususnya generasi muda di Jember,” kata Maschun memberi arahan.
Dalam rapat itu menyepakati thema acara peringatan adalah “76 Tahun Jejak kepahlawanan Dokter Pejuang Letkol. dr. RM Soebandi”. Acara peringatan diselenggarakan pada tanggal 5 Februari 2025.
Diikuti Dua Putri Soebandi
Acara dipusatkan di dua lokasi utama, di Taman Makam Pahlawan (TMP) Patrang, Jember. TMP ini menjadi lokasi peringatan dan penghormatan bagi para pahlawan, termasuk Letnan Kolonel dr. RM Soebandi, tokoh penting dalam sejarah dalam mempertahnan kemerdekaan Indonesia. Juga hadi dua putri mendiang dokter Soebandi, Ibu Widyastuti, 76, dan ibu dokter Widorini, 74.
Di TMP, menurut susunan acara diikuti pengurus yayasan, serta sekitar 100 mahasiswa, menyelenggarakan tabur bunga dan upacara bendera. Para peserta upacara betrangkat dari kampus UDS mengenakan kaos almamater dengan celana/ bawahan warna gelap semua menumpang truk yang telah disiapkan oleh panitia.
Upacara bendera dimulai pukul 07.00 wib, pada hari Kamis 5 Januari 2025, dengan acara: pembukaan, sambutan, doa, forto bersama, tabur bunga dan meletakkan karangan bunga. Dijadwalkan hanya berjalan selama 30 menit.
100 Siswa SMA Mumbulsari
Selesai upacara di TMP, rombongan UDS melanjutkan perjalanan ke Karang Kedaung, lokasi gugurnya Lektol. dr. RM Soebandi. Acara dipusatkan di sebuah monumen Bambu Runcing, di lokasim titik gugurnya dwi tunggal Komandan dan Wakil Komandan Devisi III Damarwulan, Lekol. Moch. Sroedji dan Lekol. dr. RM. Soebandi yang gugur bersama.
Di lokasi itu, rombongan yayasan dan civitas akademika UDS bergabung bersama sekitar 100 siswa SMA Mumbulsari dipimpin kepala sekolah Erni Sulistiana, S.Pd., M.P. Sebegitu semangatnya, Kepsek malah bersedia ini mengerahkan seluruh siswanya 600 mengikuti mengikuti acara itu.
Selain rombongan dari UDS, SMA Mumbulsari, acara ini mengundang Forkompimda Jember, camat, koramil, polsek Mumbulsari, serta perangkat desa Karang Kedaung sebagai ‘tuan rumah’ pemilik langsung lokasi gugurnya dwi tunggal Lekkol. Moch. Sroedji dan Lelkol. dr RM Soebandi.
Zaki Yamani, ketua pecinta sejarah ‘Begandring Soerabaia’ bertindak sebagai narasumber Historical Track jejak kepahlawanan dokter pejuang, Soebandi, “Sungguh tepat narasi perjuangan dan kejuangan dokter Soebandi diarahkan kepada generasi muda. Agar mereka tahu dan menghayati betapa luar biasa pengorbanan para pejuang itu untuk menjadikan Indonesia merdeka.
Zaki Yamani pula yang menemukan peta asli buatan Belanda, lewat pencarian online, lokasi, pasukan, serta kejadian yang pernah terjadi. Peta itu pula yang akan dicetak layar lebar akan dipasang di lokasi monumen bambu runcing dan masjid di Karang Kedaung.
Sedangkan jurnalis Gandhi Wasono M, akan memberikan penjelasan bagaimana mewujudkan buku biografi: Letkol. dr. RM Soebandi, Jejak Kepahlawanan Dokter Pejuang, yang telah diterbitkan pada 2018 silam. Oleh karenanya mahasiswa dan siswa SMAN Mumbulsari akan dibawa tour ke rumah mendiang dua perempuan kakak beradik Srinem dan Misjeni, menjadi saksi matas bagaimana Moch Sroedji dan dokter Soebandi gugur dibantai pasukan Belanda.
“Kebtulan rumahnya sekita5 150 meter saja dari lokasi tugu bambu runcing, kami akan bawa mahasiswa dan siswa SMA N Mumbulsari datang ke rumah saksi mata gugurnya Ibu Srinem. Saya mereka semua sudah tiada,” kata Gandhi Wasono.
Di tempat itu pula, para tamu undangan generasi muda akan mendapat informasi lebih detail bagaimana tokoh dwi tunggal komandan dan wakil komandan Brigade III Damarwulan, Lekol. Moch. Sroedji dan Lektol. dr. RM Soebandi, yang saat itu merangkap jabatan sebagai Residen Militer Wilayah Jember.
Di lokasi itu, selain dilaksanakan upacara resmi, doa dan mengehningkan cipta, akan ada kata sambutan yang dibawa lansung oleh dr. Widorini, putra bungsu pasangan mendiang dokter Soebandi dan RR Soeksi. Panitia juga menyiapkan tumpeng, serta hiburan musik keroncong khas dari Universitas Dokter Soebandi. **