Oleh: Anwar Hudijono
GEREGETAN melihat kekejaman Israel terhadap rakyat Palestina, akhirnya keceplosan berucap “Mengapa Tuhan membiarkan Zionis itu merajalela. Kok gak dilempit saja. Kan Tuhan itu adil dan perkasa?”
Pertanyaan demikian wajar-wajar belaka untuk orang awam. Tapi akan berbeda manakala kita simak hakikat kehidupan yang sudah dicetakbirukan Tuhan.
Dalam cetak biru Allah kemenangan/ kejayaan dan kekalahan/keterpurukan digilir antarmanusia.
Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim.”
(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 140)
Tujuan pergiliran itu untuk membedakan siapa yang kafir dan yang mukmin. Siapa yang adil dan yang dzalim. Dan membuka peluang mati syahid.
Selain itu untuk membersihkan dosa orang beriman. Menderita, sakit, lapar, terjajah, teraniaya itu cara Allah membersihkan dosa mereka. Bahkan luka tertusuk jarum pun menghapus dosa.
Juga cara Allah mau membinasakan kaum kafir.
“dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang kafir.”
(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 141)
Dalam masa pergiliran itu juga dibuka peluang jihad dan sabar di mana keduanya adalah jalan ke surga.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.”
(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 142)
“(sambil mengucapkan), “Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu.” Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu.”
(QS. Ar-Ra’d 13: Ayat 24)
Jalan surga itu sekarang terbentang luas di Gaza. Berjihad mengangkat senjata, membantu sesama, melakukan diplomasi melawan penindasan (fasad). Tentu saja sabar menghadapi ujian bertubi-tubi mulai kelaparan, terhina, sakit bahkan mati. Saat ini tidak ada yang kesabarannya melampaui rakyat Gaza.
Jadi dalam konsep pergiliran, saat ini rakyat Gaza yang mayoritas muslim sedang dalam posisi kalah. Sedang Yahudi sedang dalam posisi menang setelah lebih 2000 tahun terpuruk.
Dalam posisi jaya atau menang ini Yahudi telah berbuat fasad, dzalim, ugal-ugalan. Dan pasti akan menerima hukuman Allah atas perbuatannya itu. Itu sudah jadi ketentuan Allah yang terbukti berulang-ulang dalam sejarah manusia. Ingat Firaun, Namrud, kaum Ad, Tsamud.
“Dan kamu sama sekali tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) baik di bumi maupun di langit, dan tidak ada pelindung dan penolong bagimu selain Allah.”
(QS. Al-‘Ankabut 29: Ayat 22)
Kapan terjadi? Persisnya kita tidak tahu. Bisa saja terjadi dengan tiba-tiba seperti jika Allah turun tangan sendiri menghukum musuh-musuh-Nya.
Lihat, Firaun pasti tak pernah menduga kalau akan ditelah ombak. Umat Nabi Luth tidak pernah mengantisipasi akan hujan batu dan buminya dibalik saat orang tertidur lelap.
“Maka adapun kaum Samud, mereka telah dibinasakan dengan suara yang sangat keras,”
(QS. Al Haqqah 5)
“sedangkan kaum `Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin,”
(QS. Al-Haqqah 69:6)
“dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin.”
(QS. As-Saff 61: Ayat 13)
Kita tunggu sambil riyadhah. Rabbi a’lam
Anwar Hudijono, jurnalis senior tinggal di Sidoarjo.