Penulis: Tony Hariyanto | Editor: Muhammad Tauhid
JAKARTA, SWARAJOMBANG.com – Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati mengingatkan penjagaan data pengguna dan data kesehatan di PeduliLindungi dilakukan secara maksimal. Hal ini disampaikan Kurniasih setelah diduga data vaksinasi beberapa pejabat publik tersebar.
Ia meminta pemerintah mengklarifikasi kebenaran terkait data yang tersebar. Sebab, jika benar tersebar maka keamanan data di bidang kesehatan tengah terancam.
“Diakuin Kominfo benar ada data yang tersebar meski disebut bukan data terbaru. Tapi bagaimanapun berarti diakui ada kebocoran data dan ini yang tengah mengancam kebocoran data di bidang kesehatan,” ungkap Kurniasih dalam keterangannya kepada media, Selasa (13/9/2022).
Sebelumnya juga Kemenkes membantah data PeduliLindungi bocor dan menyebut 60 juta data yang hilang adalah data pengguna yang tidak lagi memakai PeduliLindungi.
“Dengan dugaan kebocoran data vaksinasi sejumlah pejabat akhirnya kita bertanya, apakah data tersebut dari PeduliLindungi? Menjadi tidak relevan lagi sikap denial dan retorika tapi yang penting adalah langkah konkrit pengamanan data,” sebut Kurniasih.
Kurniasih mengungkapkan, data kesehatan bersifat rahasia. Terlebih, Kemenkes baru saja mengintegrasikan data rekam medik pasien di PeduliLindungi.
Artinya ada data riwayat kesehatan pasien yang bersifat rahasia tengah diintegrasikan dalam satu platform PeduliLindungi.
“Data rekam medik adalah data rahasia, hanya tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang bisa mengakses data tersebut. Sehingga setelah data rekam medik diintegrasikan ke PeduliLindungi ada pekerjaan tambahan terkait pengamanan data secara maksimal,” sebut Kurniasih.
Belajar dari data e-Hac lama yang sempat bocor serta beberapa data-data lembaga pemerintahan yang diduga bocor, Kemenkes harus menyiagakan diri untuk benar-benar menjamin data pengguna PeduliLindungi tidak disalahgunakan.
“Data di dunia kesehatan amat penting karena ada klausul khusus tentang data kerahasiaan pasien. Jika menyebar ada banyak hal yang membahayakan,” ungkap Kurniasih.
Kurniasih juga menyebut cita-cita menyatukan berbagai data dalam satu aplikasi di PeduliLindungi ternyata menemui kendala banyaknya pengguna yang tidak lagi memakai aplikasi tersebut.
“Saat Kemenkes baru merilis integrasi sistem rekam medik di PeduliLindungi ternyata sudah jutaan pengguna yang tidak lagi menggunakan aplikasi ini. Artinya dari sisi kemanfaatan publik menggunakan PeduliLindungi masih dalam sifat keterpaksaan, belum banyak benefit yang diberikan aplikasi ini kepada pengguna. Ini juga harus dievaluasi,” pungkasnya.