Disarikan Oleh Khristina Kencana
DI istana, Hwon terpana melihat payung merah itu benar-benar melayang di udara. Hwon dan rombongan pelayannya sontak kaget.
Sejenak mereka saling berpandangan, seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Payung itu melayang-layang di udara, padahal tidak tak
Hwon tampak senang saat mendongakkan kepalanya menatap payung merah di udara. Ia tak melepaskan pandangannya dan tiba-tiba payung melayang jatuh ke tanah tepat di depan kaki Hwon, dan ia mengambilnya.
Hwon berpikir sambil berkata dalam hati, “Mungkinkah aku akan bertemu denganmu lagi?”
Namun berbeda dengan Kasim Hyung yang ketakutan dan berpikir payung itu adalah monster. Ia malah memerintahkan prajurit istana, “Cepat! Singkirkan monster itu! Cepat!”
Yeon Woo masih terduduk lemas di depan halaman rumahnya. Tiba-tiba terdengar suara dan ia dengan cemas menoleh ke arah tembok sambil berpikir, “Mungkinkah dia mengirim pembunuh bayaran?”
Ia berjalan mendekati tembok dan melihat ada sepucuk surat yang ditindih dengan sebuah batu. Ia mengambil batu itu dan membaca tulisannya, “Batu Hae Oh?”
Lalu, ia membaca surat itu yang tertulis, “Apa yang mengganggumu sehingga kamu tidak bisa tidur? Katakan masalahmu pada batu ini. Aku menyebutnya Batu Hae Oh. Batu ini akan menggantikanmu untuk khawatir. Batu ini akan mengusir semua khawatiranmu dan memberimu solusi. Tidurlah yang nyenyak sekarang. Ini adalah oleh-oleh dari liburanku”.
Walaupun surat itu tanpa tertera nama penulisnya, Yeon Woo sudah tahu siapa gerangan dia. Siapa lagi, kalau bukan Pangeran Yang Myung!
Yeon Woo dengan kesal bergumam sendiri, “Dia pergi jalan-jalan lagi? Orang ini benar-benar… Walaupun sudah kukatakan dengan jelas padanya…”
Ia mengomeli Pangeran Yang Myung kembali melakukan hal yang sudah dilarang, melompati tembok diam-diam.
Di sudut halaman rumah lainnya, Yeom dan Eun sedang berlatih pedang malam-malam. Seol diam-diam memperhatikan mereka sambil menyembunyikan dirinya di balik tembok agar tak terlihat.
Rupanya ia tertarik dengan seni bela diri pedang. Seol tampak cemas melihat Yeom dikalahkan Eun.
Eun menyadari kehadiran Seol yang diam-diam bersembunyi melihat latihan pedang mereka. Hanya Yeom yang tidak menyadari kehadiran Seol.
Dan Eun melirik beberapa kali ke tempat persembunyian Seol tanpa mengatakan apa pun pada Yeom. Tampak keahlian pedang Eun lebih baik dari Yeom.
Gerakan Eun lebih cepat dan gesit melawan titik lemah gerakan pedang Yeom. Latihan pedang mereka berakhir saat Yeom kalah karena pedangnya terlepas dari tangannya dan jatuh ke tanah.
“Kemampuanmu sungguh luar biasa”, puji Yeom untuk Eun. “Aku tak berbakat dalam pertarungan pedang. Walaupun sudah berlatih bertahun-tahun, aku masih tak bagus,” ia mengakui kelemahannya dalam seni bela diri pedang.
Eun bertanya, “Kau baik-baik saja, Tuan Muda?”
“Bisakah kau berhenti memanggilku Tuan Muda? Aku sudah mengatakannya berkali-kali. Kau sungguh keras kepala juga”, kata Yeom.
Walaupun usia Yeom dan Eun sama, Eun selalu menyapa Yeom dengan panggilan “Tuan Muda” karena status derajat Yeom lebih tinggi. Namun, Yeom tidak ingin sahabatnya memanggil demikian.
Ia sudah meminta Woon berkali-kali tidak memanggilnya ‘tuan muda’, namun Eun adalah orang yang sopan dan peduli dengan perbedaan status mereka.
Kemudian Yeom melanjutkan perbincangan dengan Eun. Ia heran mengapa Pangeran Yang Myung belum muncul malam ini karena ia sudah terlambat dari waktu janji pertemuan mereka.
Yeom berkata, “Ngomong-ngomong, Pangeran Yang Myung terlambat. Satu jam sudah berlalu dai waktu janji kami. Saat Pangeran Yang Myung masih di sini, taman ini selalu ceria. Sekarang hanya ada kita berdua, rasanya terlalu sepi”.
Saat itu Eun sudah melihat Pangeran Yang Myung melompati tembok dan pelan-pelan berjalan mengendap-endap dari belakang punggung Yeom sambil memberikan tanda pada Eun dengan jari telunjuk menutupi bibirnya untuk diam tidak mengatakan apa yang dilihatnya.
Yang Myung menggoda sahabat baiknya, “Kalau tahu kau begitu merindukanku, aku akan kembali lebih cepat dari liburanku”.
Yeom kaget dan membalikkan badannya secepat kilat begitu mendengar suara Pangeran Yang Myung. Ia berteriak bahagia, “Pangeran Yang Myung!”.
Pangeran Yang Myung tertawa gembira sambil membuka lebar kedua lengannya ia berkata, “Cintaku, Heo Yeom!”
Ia berjalan mendekati Yeom dan memeluknya erat sambil menepuk-nepuk pundaknya dengan sukacita dan memberikan ucapan selamat atas kelulusannya sebagai cendekiawan terbaik.
“Selamat telah menjadi sarjana terbaik”, kata Pangeran Yang Myung.
Kemudian ia memanggil, ‘Kim Jae Eun!”
Ia lalu melompat hendak memeluk Eun juga. Namun Eun dengan sigap bergerak dengan ringan menghindari pelukan Pangeran Yang Myung.
Alhasil Yang Myung hanya memeluk angin dan dengan mimik cemberut ia berkata pada Eun, “Kau sungguh teman yang tak punya hati. Jae Eun, aku akan memberimu selamat setengah hati”.
Yeom tersenyum melihat tingkah laku sahabat baiknya, dan ia dengan cepat mengalihkan topik pembicaraan dan bertanya pada Pangeran Yang Myung, “Liburanmu menyenangkan?”.
Pangeran Yang Myung langsung menjawab dengan tertawa bahagia, “Sangat menyenangkan”.
Kemudian ia langsung merangkul pundak kedua sahabat baiknya sambil berjalan beriringan dan mengajak mereka pergi minum untuk merayakan hari bahagia kelulusan mereka.
Pangeran Yang Myung berkata, “Demi masa cinta kecilku, kita harus bersenang-senang. Ayo pergi bersenang-senang malam ini. Ayo pergi”.
Yeom dan Eun bersama Pangeran Yang Myung, tiga sahabat baik ini pergi makan dan minum merayakan pertemuan hari bahagia mereka.
Yeom berkata, “Kupikir kau memperpanjang perjalananmu karena kau terlambat”.
Pangeran Yang Myung menjawab dengan sumeringah, “Aku terlambat karena pergi menemui seseorang yang kusayangi”.
Kemudian ia meraih tangan Yeom dan meminta maaf, “Aku minta maaf. Aku punya seseorang yang kucintai lebih dari kalian berdua”.
Yeom perlahan melepaskan tangannya dari genggaman Pangeran Yang Myung dan bertanya, “Oh, kau punya kekasih sekarang? Kau tak pernah mengatakan apapun. Kau memanjat dinding lagi?”
Pangeran Yang Myung tertawa sambil membela diri, “Untuk apa itu? Aku adalah bangsawan, bagaimana mungkin memanjat dinding seorang wanita?
Dan, itu dinding adikmu yang berharga. Bagaimana mungkin aku memanjat dinding itu?”.
Yeom mengingatkan kembali Pangeran Yang Myung, “Walaupun dia masih muda, bukankah dia menangkap basah kamu waktu itu dan menghukummu? Kau sudah menderita karena kata-katanya dan masih…”
Pangeran Yang Myung memotong pembicaraan Yeom, “Aku tahu… Aku paham sekali, jadi berhentilah. Kau sungguh sulit”. Yeom terdiam.
Pangeran Yang Myung melanjutkan kembali, “Seandainya kau mengijinkanku melihatnya saat kuminta, maka takkan ada masalah apapun. Kau terdiam setiap kali adikmu disebut. Kau sungguh…”
Kali ini Yeom yang memotong pembicaraannya, “Pangeran Yang Myung”.
Kali ini Eun tampak geli dan tertawa kecil. Selama ini ia terdiam mendengarkan obrolan kedua sahabatnya mengenai adik Yeom.
Pangeran Yang Myung yang jarang-jarang melihat Eun tertawa langsung menggodanya, “Kau baru saja tertawa?”.
Dan ia bertanya pada Yeom dengan gembira, “Kau lihat itu? Wajah kaku sepertinya ternyata bisa tertawa. Itu sangat langka. Bukankah begitu?”.
Namun Yeom dengan mimik serius tetap memperingatkan Pangeran Yang Myung, “Jika kau mencoba memanjat dinding lagi, aku tak akan melepaskanmu begitu saja”.
Pangeran Yang Myung menghiburnya, “Aku tahu itu. Jangan dibicarakan lagi, ada hadiah yang khusus kubelikan untuk kalian berdua”.
Pangeran Yang Myung mengalihkan topik pembicaraannya dan meredakan kegusaran sahabatnya dengan memberikan mereka hadiah ‘batu’ sebagai oleh-oleh dari perjalanannya terakhir.
Ia berkata, “Jimat yang akan melindungi masa depan kalian. Disebut batu misterius. Kalian pernah dengar? Pikirkan aku setiap kalian melihatnya. Kalian harus selalu membawanya.” Begitu pinta Pangeran Yang Myung pada kedua sahabat baiknya.
Eun berkata batu itu sedikit berat untuk dibawa-bawa sepanjang hari. Yang Myung langsung mengeluarkan sebuah batu yang berukuran lebih kecil dan memberikannya pada Eun.
Eun dan Yeom hanya bingung menerima hadiah batu dari Pangeran Yang Myung tanpa bisa mengatakan apa-apa lagi.
Kemudian Pangeran Yang Myung bertanya pada kedua sahabatnya dengan wajah sedih, “Jadi, kau sekarang sudah menjadi orang dari Putra Mahkota?”.
Eun dan Yeom kaget mendengarkan pertanyaan Pangeran Yang Myung. Mereka berdua menundukkan kepala dan hanya diam membisu.