Penulis: Satwiko Rumekso | Yobie Hadiwijaya
SURABAYA, SWARAJOMBANG.COM-Urap merupakan masakan Jawa yang terkenal lezat. Urap merupakan salah satu kliner Nusantara yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Medang atau pada tahun 929 Masehi.
Sejarah urap tertulis pada Prasasti Linggasuntan dengan kalimat “wrak-wrak” yang diartikan urap. Prasasti Linggasuntan, yang ditemukan di wilayah Jawa Timur, adalah bukti penting kehidupan sosial, budaya, dan kuliner masyarakat era Kerajaan Medang.
Prasasti ini mencatat berbagai aktivitas agraris masyarakat, termasuk penggunaan sayuran dan kelapa dalam makanan sehari-hari. Urap muncul dalam prasasti Linggasuntan sebagai hidangan sederhana yang berbahan dasar sayuran lokal seperti kacang panjang, kangkung, tauge, dan daun singkong, serta dipadukan dengan parutan kelapa yang telah dibumbui rempah-rempah.
Hidangan ini mencerminkan kearifan lokal masyarakat agraris yang memanfaatkan hasil bumi untuk menciptakan makanan yang lezat, sehat, dan bergizi. Dalam budaya masyarakat Jawa, urap mengandung filosofi mendalam.
Urap melambangkan kesederhanaan, kebersamaan, dan rasa syukur kepada alam. Kombinasi berbagai jenis sayuran dalam satu hidangan mencerminkan harmoni dan kebersamaan, sementara bumbu kelapa yang menyatukan seluruh elemen melambangkan persatuan.
Rasa urap yang gurih dan segar juga mencerminkan prinsip keseimbangan hidup antara alam dan manusia, di mana manusia diajarkan untuk selalu hidup harmonis dengan alam dan sesama. Cara penyajian urap sangat mudah.
Siapkan sayuran rebus seperti kacang panjang, daun singkong, kangkung, tauge, dan kol (isian bisa disesuaikan sesuai selera). Semua sayuran direbus hingga matang namun tetap perlu dijaga tingkat kesegarannya alias tidak terlalu lembek untuk mempertahankan rasa dan nutrisi.
Lalu, kunci utama dalam penyajian urap adalah pada bumbu parutan kelapa. Bumbu parutan terbuat dari parutan kelapa yang dicampur dengan rempah seperti bawang putih, bawang merah, cabai, kencur, gula merah, dan garam. Bumbu ini yamg memberikan rasa gurih dan aroma khas pada urap.
Pada masyarakat Jawa, urap ikut memainkan peran penting dalam berbagai tradisi dan upacara adat. Uap sering disajikan dalam acara slametan, perayaan panen, dan ritual keagamaan sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Urap juga sering disajikan bersama nasi tumpeng dalam acara khusus seperti pernikahan atau hajatan warga. Dalam konteks ini, urap melambangkan keseimbangan antara elemen duniawi (sayuran) dan spiritual (bumbu kelapa).***