Penulis: Yusran Hakim | Editor: Priyo Suwarno
BATAM, SWARAJOMBANG.COM- PT Solder Tin Andalan Indonesia (Stania), anak usaha Arsari Tambang dari Grup Arsari milik keluarga Prabowo Subianto Smelter Timah Milik Keluarga Prabowo akan diresmikan Juli 2025 di Batam. Pabrik ini dibangun oleh Hashim Djojohadikusumo, adik Presiden Prabowo Subianto, dengan investasi awal sebesar Rp400 miliar.
Pabrik ini khusus memproduksi solder berbahan dasar timah (tin solder), dengan kapasitas produksi mencapai 2.000 ton per tahun. Target omzet tahap pertama diperkirakan minimal Rp1 triliun per tahun.
Hashim Djojohadikusumo secara langsung memberikan pernyataan terkait PT Solder Tin Andalan Indonesia (Stania). Meletakkan batu pertama (groundbreaking) pembangunan pabrik di Batam pada 10 Mei 2024, Hashim menyatakan komitmennya mendukung program hilirisasi pertambangan yang digagas Presiden Jokowi dan akan dilanjutkan oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto. Ia menegaskan bahwa hilirisasi akan memberikan nilai tambah bagi perekonomian Indonesi
Hashim juga menyampaikan bahwa investasi untuk pembangunan pabrik ini mencapai Rp400 miliar, dengan Rp100 miliar dialokasikan untuk fisik bangunan dan Rp300 miliar untuk modal kerja.
Perusahaan menargetkan produksi 200 ton tin solder powder per tahun yang akan ditingkatkan hingga 16.000 ton dengan omzet Rp1,2 triliun per tahun. Produk solder berbahan baku timah ini akan digunakan untuk komponen elektronik dan diekspor ke Amerika, India, Tiongkok, Taiwan, dan Eropa.
Selain itu, Hashim menjelaskan bahwa PT Solder Tin Andalan Indonesia akan memproduksi solder dalam berbagai bentuk, mulai dari solder wire hingga solder paste, dengan sistem produksi rendah emisi karbon dan standar internasional ISO untuk mutu, lingkungan, energi, dan keselamatan kerja.
Ia menegaskan bahwa produk ini penting untuk berbagai perangkat elektronik seperti mobil listrik, ponsel, dan televisi.
Singkatnya, Hashim memberikan pernyataan resmi dan komitmen terkait pembangunan dan operasional PT Solder Tin Andalan Indonesia pada acara groundbreaking dan dalam berbagai kesempatan publik
Solder yang diproduksi meliputi berbagai jenis, mulai dari solder wire hingga solder paste, menggunakan bahan baku timah dari Pulau Bangka yang juga dikelola oleh Arsari Tambang.
Pabrik ini telah mendapatkan kontrak penjualan dari sejumlah pabrik elektronik di dalam negeri, seperti Schneider Electric Indonesia dan PT Volex Indonesia, serta sedang dalam proses finalisasi dengan perusahaan lain.
Selain pasar domestik, produk solder dari Batam ini juga sudah diminati oleh pembeli dari luar negeri, khususnya dari China.
Kehadiran pabrik ini merupakan bagian dari program hilirisasi mineral pemerintah Indonesia, bertujuan meningkatkan nilai tambah komoditas timah dan memperkuat infrastruktur industri nasional.
Selain mendukung hilirisasi, proyek ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru dan memperbesar peluang usaha di sektor industri pengolahan timah dalam negeri.
Pabrik berlokasi di Kawasan Industri PT Tunas Prima, Kabil, Batam, dan direncanakan resmi beroperasi mulai Juli 2025.
Smelter timah milik keluarga Prabowo, melalui PT Solder Tin Andalan Indonesia (Stania), akan menjadi salah satu pabrik solder timah terbesar di Batam dengan kapasitas 2.000 ton per tahun dan target omzet lebih dari Rp1 triliun, serta telah mengamankan kontrak dari pasar domestik dan ekspor, khususnya ke China. Peresmian dijadwalkan pada Juli 2025.
Orang pertama yang meletupkan adanya smelter timah itu datang dari Beliadi, Wakil Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang menjelaskan bahwa keputusan membuka smelter di Batam diambil oleh Hashim Djojohadikusumo dengan pertimbangan infrastruktur lengkap di Batam, seperti pelabuhan, kawasan industri, listrik, dan kemudahan ekspor-impor.
Selain itu, Aryo P. S. Djojohadikusumo, Presiden Direktur Arsari Tambang sekaligus putra sulung Hashim, juga memberikan keterangan terkait peresmian pabrik solder timah yang akan dilakukan pada Juli 2025, termasuk kapasitas produksi dan target pasar.
Penjelasan mengenai smelter timah di Batam oleh Beliadi, Wakil Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diberikan pada akhir Januari 2025, tepatnya pada tanggal 27 Januari 2025 dan disampaikan secara publik pada 30 Januari 2025.
Penjelasan ini disampaikan setelah Beliadi diundang bertemu dengan Hashim Djojohadikusumo untuk mengklarifikasi isu terkait pembangunan smelter tersebut.**