Penulis: Anwar Hudijono | Editor: Hadi S Purwanto
NATUNA, SWARAJOMBANG.com – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy blusukan meninjau lokasi bencana tanah longsor di Kabupaten Natuna. Untuk memastikan kondisi penanganan darurat pasca bencana berjalan dengan baik.
“Untuk tahap tanggap bencana masih terus dilaksanakan oleh Bapak Kepala BNPB. Yaitu memberikan pelayanan semaksimal mungkin untuk pemenuhan kebutuhan dasar, rasa nyaman, rasa aman kepada para pengungsi. Karena jumlah pengungsi sampai sekarang sudah mencapai 1.216 orang,” ujar Muhadjir saat blusukan ke Kabupaten Natuna pada Jum’at (10/3).
Karena lokasi bencana tidak bisa dijangkau dengan mobil, Muhadjir harus dibonceng sepeda motor. Mendampingi dia antara lain Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Kepala BNPB Suharyanto, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Bupati Kabupaten Natuna Wan Siswandi serta pejabat perwakilan kementerian dan lembaga terkait.
“Untuk tahap berikutnya, Bapak Menteri PUPR sudah memutuskan akan ada program relokasi. Korban yang terkena langsung 30 rumah. Tetapi karena itu termasuk zona merah, maka untuk sementara akan disediakan relokasi sekitar 100 rumah,” imbuhnya.
Basuki menambahkan bahwa relokasi rumah akan segera dilakukan pemetaan agar pemulihan pasca bencana dapat dilakukan sesegera mungkin.
“Relokasi rumah yang diajukan oleh Bapak Bupati sebanyak 100 rumah. Hal ini dilakukan guna menghindari pembangunan kembali di wilayah rawan bencana. Sehingga kita berharap pemerintah pusat dan daerah dapat bersinergi dengan baik dalam membangun rumah yang aman dan nyaman untuk masyarakat,” tutur Basuki.
Musibah tanah longsor terjadi pada hari Senin, 6 Maret 2023 pukul 11.15 WIB setelah terjadi ujan dengan intensitas tinggi selama empat hari. Akibatnya 32 orang meninggal, 21 orang dinyatakan hilang, serta 3 orang dalam keadaan kritis.
Sebanyak 30 unit rumah rusak berat, satu mushola rusak berat, jalan sepanjang 1 km rusak sehingga tidak bisa dilewati karena tertutup material, tiga tiang listrik tumbang, terganggunya operator jaringan internet, serta rusaknya sarana air bersih.
Dua desa yang terdampak bencana di antaranya adalah Desa Pangkalan dan Desa Jemajik yang berada di sebuah pulau yang masuk Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna. Daerah yang terdampak paling parah adalah Desa Pangkalan Dusun Genting.
Pulau Serasan adalah salah satu dari 272 pulau dengan topografi perbukitan yang memiliki luas sekitar 48,63 km², dimana secara geologi terbentuk dari bebatuan dan pasir. Desa Pangkalan dan Desa Jemajik yang terkena longsor merupakan dua dari beberapa desa yang terletak di area perbukitan yang memiliki kontur tanah yang labil.
“Didoakan semoga jangan ada longsoran lagi. Kalau potensi semua bisa diantisipasi, yang penting waspada. Mudah-mudahan ini yang terakhir, tidak ada kejadian yang serupa di Kabupaten Natuna,” ujar Muhadjir.