Penulis: Khristina Kencana | Editor: Khristina Kencana
JAKARTA, SWARAJOMBANG.com – Kembang Tahu Jahe merupakan jajanan tradisional yang mulai langka dicari. Beruntung Pak Tija masih tetap tekun menjaga kelestarian kudapan tradisional ini walaupun tergerus dengan kudapan modern lainnya.
Pak Tija, lelaki 40-an tahun ini harus berjalan kaki keliling menjajakan kembang tahu jahe dari Blok M ke Cipete bolak-balik setiap hari. Jarak yang ditempuh sambil memikul gerobak kembang tahu ini bolak-balik sekitar 8 km (estimasi mbah Google).
Walaupun hujan mengguyur kota Jakarta, Pak Tija tetap semangat berkeliling menjual kembang tahu jahenya menggunakan payung kecil miliknya.
Ia sudah menekuni profesi ini sejak tahun 1990-an. “Sejak jaman Pak Harto,” katanya sumeringah.
“Semua ini bikinan rumahan kami sendiri. Saya bersama bapak dan adik saya yang bikin,” lanjut Tija.
“Susu kacang kami bikin sendiri tidak terlalu manis, enak banyak yang suka,” promosi Pak Tija.
Kembang tahu dengan tekstur yang lembut namun terasa kental memang terasa enak. Kuah jahenya pun terasa pedas bikin hangat di kerongkongan. Susu kacangnya juga favorit terasa kental dan tidak terlalu manis. Semua rasanya pas di mulut dan bikin hangat di musim hujan.
Menikmati kembang tahu dan jahe panas-panas di waktu hujan mengguyur, menghangatkan badan dan sedap rasanya. Apalagi disiapkan saat buka puasa!
Di saat pandemi Covid melanda dua tahun yang lalu, penjualan kembang tahu Pak Tija terkena imbasnya.
“Awal-awal Covid, saya tidak jualan karena tidak ada orang yang berani membeli jajanan lagi,” kata Pak Tija.
Namun, ia tidak bisa duduk diam lama-lama.
“Kadang-kadang saya tetap keliling jualan. Alhamdulillah, dibantu para pelanggan,” tambah Pak Tija dengan santai.
Pak Tija bersyukur selama puluhan tahun berjualan keliling, ia sudah mempunyai pelanggan tetap yang memesan kembang tahu maupun susu kacang.
Namun Pak Tija mengeluhkan harga bahan pokok kedelai yang terus naik. Ia pun sempat kebingungan mau jual harga berapa kembang tahunya.
“Mau jual harga berapa kembang tahu saya, harga kedelai naik. Semua bahan (baku) naik. Jahe juga mahal,” katanya, bingung.
Saat ini Pak Tija mejual segelas kembang tahu seharga Rp.12.000. Pak Tija tetap bersyukur menjalani kehidupannya dengan menjajakan kembang tahunya berkeliling setiap hari dari pukul 7.00 sampai magrib. Hanya bulan Ramadan, ia mulai berjalan keliling dari pukul 14.30 sampai pukul 22.00.
Kudapan tradisional kembang tahu ini tidak saja lezat, tapi juga sehat dan bikin badan hangat.