Penulis: Hadi S Purwanto | Editor: Hadi S Purwanto
JOMBANG, SWARAJOMBANG.com – Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar (SD) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Endro Wahyudi, S.stp mengatakan, semua guru SD harus adaptif dengan teknologi dan perubahan paradigma merdeka belajar.
“Penguasaan teknologi adalah sebuah keharusan bagi para pendidik, karena situasi saat ini sudah berubah. Jika terlambat, bukan tidak mungkin para pendidik akan ketinggalan oleh peserta didik,” katanya pada acara bimbingan teknis pengembangan sekolah bagi kepala sekolah dan guru di lingkup Disdikbud Jombang, Senin, (18/4/2022).
Kegiatan Bimtek yang diikuti 135 Lembaga SD se-Kabupaten Jombang itu melibatkan 270 orang terdiri dari satu orang guru dan satu orang kepala sekolah.
Endro mengatakan, jika para pendidik atau guru tidak bisa beradaptasi dengan teknologi dan merubah paradigma lama dalam proses belajar-mengajar, bukan tidak mungkin pengetahuan peserta didik atau para murid melampaui para gurunya.
“Dengan perkembangan teknologi, anak-anak sekarang bisa belajar apa saja dari gadget yang digenggamnya,” papar Endro.
Masih menurut Endro, jika guru tidak adaptif dengan teknologi pasti akan disalip oleh anak-didiknya. Karena teknologi sudah menyediakan hampir semua kebutuhan yang diperlukan.
Endro Wahyudi mengatakan, dengan berbagai aturan yang ada saat ini dan perkembangan yang sedemikian rupa, guru dituntut adaptif baik dengan teknologi maupun perubahan paradigma merdeka belajar.
Paradigma baru merdeka belajar memaksa satuan pendidikan untuk mengubah pola dan cara berpikir serta bertindak dalam menghadapi perubahan global menuju revolusi industri 4.0.
Endro juga berharap kepada guru peserta Bimtek ini untuk mengikuti dengan sebaik-baiknya mulai awal hingga akhir. Dan apa yang disampaikan oleh instruktur/tutor nanti bisa diterapkan dan diaplikasikan di sekolah masing-masing dengan baik.
“PPDB 2022 untuk anak didik kita di kelas enam saat ingin memasuki jenjang SMP untuk kesempatan jalur prestasi tetap sama, akan tetapi ada sedikit perbedaan pada juknis dengan tahun yang lalu,” kata Endro.
Bagi anak yang memiliki satu atau dua piagam penghargaan dengan anak yang memiliki sepuluh piagam penghargaan atau sertifikat ada perbedaanya.
“Ini untuk mendorong prestasi yang ada di sekolah, bagaimanapaun anak didik kita harus kita pacu prestasinya di setiap wilayah karena mereka memiliki kesempatan yang sama untuk bersaing pada jenjang pendidikan selanjutnya,”ujarnya.
Hal yang tak kalah penting, menurut Endro, adalah membangun pola dialogis dalam proses belajar-mengajar sehingga peserta didik akan lebih terpacu kreativitasnya.
“Pola belajar monologis harus pelan-pelan dirubah menjadi pola dialogis, sehingga memunculkan kreativitas dan keberaninan peserta didik untuk berekspresi dan menyampaikan pikiran-pikirannya,” papar Endro.