Penulis: Jayadi | Editor: Aditya Prayoga
JAKARTA, SWARAJOMBANG.COM– Nama Tan Hong Boen nyaris hilang dari catatan sejarah bangsa. Padahal, pemuda keturunan Tionghoa asal Salatiga ini adalah penulis pertama buku biografi Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno.
“Dia berani, tulisannya mendahului biografi lain yang lebih dikenal,” ujar Azmi Abubakar, Pendiri Museum Pustaka Peranakan Tionghoa sekaligus penerima Rekor MURI 2023.
Tan Hong Boen, yang juga dikenal dengan nama pena Im Yang Chu, menerbitkan buku Soekarno Sebagai Manusia pada 1931. Buku ini istimewa bukan hanya karena terbit di tengah pengawasan ketat penjajah Belanda terhadap Bung Karno, melainkan juga karena lahir dari pertemanan akrab mereka berdua saat sama-sama dipenjara di Sukamiskin, Bandung.
Menurut Azmi, buku ini menggambarkan sisi personal Bung Karno masa kecil, hubungan dengan sang ibu, kehidupan rumah tangga, hingga perbedaan pandangan dengan sang mertua, Tjokroaminoto.
“Tan Hong Boen menulis dengan kekaguman yang tulus kepada Bung Karno,” jelas Azmi di Instagram pribadinya, 20 Juni 2025,.
Buku ini pun menjadi referensi penting dalam meluruskan fakta sejarah, termasuk soal tempat kelahiran Bung Karno yang sebenarnya di Surabaya, bukan Blitar seperti yang umum diyakini.
Selain sebagai penulis biografi, Tan Hong Boen adalah pengarang produktif. Ia melahirkan banyak karya fiksi, aktif di dunia jurnalistik dan politik di masa kolonial.
“Sosoknya penting dalam sejarah pers dan perjuangan bangsa, terutama dari kalangan Tionghoa-Indonesia,” tegas Azmi, yang kiprahnya dalam melestarikan sejarah dan perjuangan orang Tionghoa di Nusantara.
Kini, berkat upaya penggiat seperti Azmi Abubakar, nama Tan Hong Boen perlahan kembali mendapat tempat yang layak dalam sejarah Indonesia.***