Penulis: Priyo Suwarno| Editor: Hadi S. Purwanto
SURABAYA, SWARAJOMBANG.COM- Pelajar Xinzhong School Surabaya, Emir Hikari Purwanto 羿宓尔, 17 tahun, berhasil menyabet juara III Lomba Bahasa Mandarin, Chinese Bridge tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Kedtaaan Republik Rakyat Tiongkok (RRT), di Jakarta yang diselenggarakan pada tanggal 7–8 Juni 2025.
Ajang ini diikuti para pemenang hasil seleksi regional di seluruh Indonesia, termasuk Jawa Timur yang dilaksanakan di Universitas Ma Chung, Malang, yang lolos bersaing dalam tiga kategori utama: pidato berbahasa Mandarin, penampilan seni dan budaya China, serta tes tertulis mengenai pengetahuan tentang Tiongkok
Emir yang punya nama panggilan akrab Tobi, siswa pelajar SMA di Xinzhong School Surabaya, bersama dua teman lainnya dikirim ke Jakarta. Setelah lomba, ternyata nama Tobi muncul dalam pengumuman panitia keluar dinyatakan sebagai Juara III Tingkat SMA. Tobi boleh dibilang wong Jawa asli itu, bahkan mampu menyisihkan rekannya dan 33 kompetitor lainya.
Remaja yang kalem yang pendiam ini, pun ternyata berhasil membuktikan dirinya mampu bersaing dengan teman-temannya pelajar yang belajar di sekolah berbahasa Mandarin. Ia berkisah, persiapan untuk menyingkuti lomba ini selama enam pebula.
“Persiapannya dari awal semester 2 sekolah. Semula seminggu sekali latihan pidato. Terus dua bulan terakhir didrill sama gabungin gerakan wushu, drum sama barongsai. Selama latihan itu, saya lakukan Itu hampir setiap hari latihan, usia pulang sekolah. Saya mendapat pendamping empt guru native,” kata remaja itu. Ia mendapat Louse (guru asli dari Tiongkok) empat orang, serta guru pendamping Miss Kristin.
“Saya belajar basic gerakan wushu sama barongsainya. Mendapat latihan dari pelatih ekskul wushu sekolah. Sampai sebulan terakhir digabung-gabung sendiri jurusnya hingga selesai. Latihan ini saya lakukan saat jam belajar sekolah kosong,” tamba.
Untuk menyempurnakan seluruh penaimpilannya, ia membawa perlengkapan berupa simbal cina, barongsai, stage kecil buat lompat. Tobi membawa materi pidato berisi persepsi dirinya tentang budaya Tiongkok dan apa yang membuat saya tertarik untuk mempelajari budaya Tiongkok.
Cerita ringkasnya, ada seorang remaja berlatih wushu yang akhirnya berani mengangkat barongsai, bahkan berani tampil menggunakan jurus barongsainya, dengan judul:

Bahasa Melintasi Gunung dan Lautan yang Menjembatani Timur dan Barat
Saya bukan keturunan Tionghoa, tetapi ayah dan ibu saya mengirim saya ke sekolah Tionghoa untuk belajar bahasa Mandarin. Bahasa Mandarin adalah bahasa yang baru bagi saya. Dari tidak terbiasa menjadi terbiasa, dari rasa ingin tahu menjadi cinta, bahasa Mandarin telah membuka pintu ke dunia yang indah bagi saya
Karena bahasa Mandarin, saya terpesona oleh seni bela diri; karena bahasa Mandarin, saya jatuh cinta dengan sparring. Bahasa Mandarin, yang membuat saya merasakan kebijaksanaan seribu tahun dalam seni bela diri; bahasa Mandarin yang membuat saya merasakan semangat bela diri dalam sparring!
Keluarga saya selalu berkata pada saya, “Pergilah dan carilah pengetahuan, bahkan jika itu jauh hingga ke Tiongkok! Sekarang, mimpi saya adalah belajar di Tiongkok dan merasakan denyut budaya di negeri itu. Saya ingin menjadi pembawa pesan pertukaran budaya antara Indonesia dan Tiongkok dan pergi ke Tiongkok untuk mencari ilmu, meskipun gunung-gunungnya tinggi dan samudra jauh. ……
Kereta Api Cepat Yawang akan masuk ke Indonesia, dan Sabuk dan Jalan menghubungkan dunia, jadi impian saya tentang Tiongkok semakin dekat dan dekat.
Jembatan bahasa Mandarin adalah akses saya ke Kereta Api Berkecepatan Tinggi Yawang China, saya ingin mengejar impian belajar bahasa Mandarin di sini secara baik, menghubungkan dunia, dan membangun masa depan bersama!
Terima kasih semuanya!

Emir mengaku bahwa minatnya berlajar bahasa Mandarin atas dorongan kedua orangnya, “Ayah memberi semangat saya untuk masuk ke sekolah Mandarin,” katanya. Dia adalah putra dari pasangan Dr Hadi Purwanto, ahli ilmu meterial yang menangani laboratorium dan dosen di Universitas Internasional Semen Indonesia, di Gresik.
Dukungan Sekolah
Dukungan lainnya datang dari sekolah, termasuk Miss Kritin. Ia adalah salah satu guru pendamping Emir Hikari Purwanto. Ia menilai Emir sebagai pelajar pendiam, “Tetapi bukan nggak ngerti, ternyata diam-diam dia mampu menyerap semua pengetahuan. Termasuk saat mengikuti lomba,” kata Kristin.
Dalam proses menuju lomba, sekolah telah memberikan mentor empat Laose (guru) yang melatih dan mendril secara khusus, “Saya guru pendamping lokal,” tutur Kristin.
Keberhasilan, Emir dalam meraih kemenangan di lomba ini memberikan konstribusi baik bagi sekolahnya. Lebih dari itu, kata dia, Emir termasuk pelajar bukan dari etnik Tionghwa, Emir asli Jawa. Tetapi sukses menunjukkan kemampuannya bersaing dengan sesama teman-temannya yang kebanyakan adalah dari etnik Tionghwa.
Kemenangan Emir ini juga menambah deretan prestasi yang diarih oleh SMA Xinzhong, Surabaya, yang telah mengirimkan delegasinya untuk mengikuti lomba basa Mandari selama sembilan tahun berturut-turut selalu membawa tropi kemenangan, yaitu:
Siswa-Siswi SMA Xinzhong yang mewakili indonesia ke China mengikuti lomba Chinese bridge:
2017: The 10th Chinese Bridge International Competition got 3rd Winner (Kunming昆明)
2018: The 11th Chinese Bridge International Competition got 2rd Winner (Kunming昆明)
2019:The 12th Chinese Bridge International Competition got Asia Champion
2020:The 13th Chinese Bridge International Competition got Asia Champion
2021: The 14th Chinese Bridge International Competition got 2rd Winner
2022:The 15th Chinese Bridge International Competition got The Excellent Award
2023:The 16th Chinese Bridge International Competition got Outsanding Performance Award
2024: The 17th Chinese Bridge National Competition got Excellent Award (Jakarta)
2025: The 18th Chinese Bridge National Competition got 3rd Winner (Jakarta). **