swarajombang.com
  • Home
  • Tren
  • Politik
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Kuliner
  • Kesehatan
  • Traveling
  • Figur
  • Kolom
  • Lainnya
    • LIFESTYLE
    • JULA-JULI NJOMBANGAN
    • MIMBAR RAKYAT
    • SENI & BUDAYA
    • HOBIES
    • GALERI
No Result
View All Result
swarajombang.com
  • Home
  • Tren
  • Politik
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Kuliner
  • Kesehatan
  • Traveling
  • Figur
  • Kolom
  • Lainnya
    • LIFESTYLE
    • JULA-JULI NJOMBANGAN
    • MIMBAR RAKYAT
    • SENI & BUDAYA
    • HOBIES
    • GALERI
No Result
View All Result
swarajombang.com
No Result
View All Result
Home Lifestyle

Dwi Putri Ramadani Terpilih Kembali Jadi Penari Seblang Olehsari, Ritual Tolak Bala 7 Hari di Banyuwangi

06-04-2025 12:11:24
in Lifestyle
Dwi Putri Ramadani Terpilih Kembali Jadi Penari Seblang Olehsari, Ritual Tolak Bala 7 Hari di Banyuwangi

Dwi Putri Ramadani, 21, gadis Osing dari desa Olehsari, kecalamatan Glagah, Banyuwangi, kembali terpilih sebagai penari Seblang Olehsari di Banyuwangi. Merupakan tarian ritual memohon kesejahteraan, menghadirkan energi positif dan buang sial. Tangkap layar video Instagram@banyuwangi_id

Share on FacebookShare on Twitter

Penulis: Yoli Andi Purnomo   |   Editor: Priyo Suwarno

BANYUWANGI, SWARAJOMBANG.COM – Seblang Olehsari adalah ritual adat khas Suku Osing sebagai warisan budaya dari desa Olehsari, Banyuwangi. Tarian ini merupakan ritual menolak bala, membersihkan desa dari  energi negatif, dan memohon kesuburan serta kesejahteraan.

Ritual ini dilakukan setiap tahun, biasanya tujuh hari setelah Hari Raya Idul Fitri. Seblang Olehsari melibatkan tarian sakral oleh seorang penari yang dipilih secara khusus dari garis keturunan tertentu. Tarian ini dilakukan dalam kondisi trance, diiringi musik tradisional, dan melibatkan masyarakat sebagai bagian dari prosesi. 

Tahun ini 2025, gadis yang terpilih sebagai penari Seblang Olehsari adalah Dwi Putri Ramadani, 21 tahun. Ia telah menjadi penari dalam beberapa tahun sebelumnya dan kembali ditunjuk untuk peran ini berdasarkan petunjuk dari leluhurnya.

Tarian Seblang Olehsari adalah salah satu tradisi ritual masyarakat Suku Osing di Banyuwangi, Jawa Timur. Tarian ini merupakan bagian dari upacara adat bersih desa yang dilaksanakan setiap tahun di desa Olehsari, Kecamatan Glagah. Seblang Olehsari memiliki nilai sakral dan filosofis yang mendalam, menjadikannya warisan budaya yang penting bagi masyarakat setempat.

Sejarah
Seblang berasal dari bahasa Osing, yaitu sêbêlé ilang, yang berarti “membuang sial”. Ritual ini dipercaya sebagai bentuk pembersihan spiritual untuk membawa kemakmuran dan kesejahteraan bagi desa. Seblang memiliki akar budaya Hindu yang pernah berjaya di Banyuwangi, menjadikannya salah satu peninggalan budaya lokal yang unik.

Pada tahun 2014, tarian ini ditetapkan sebagai Warisan Budaya Nasional. Hal ini memperkuat posisinya sebagai bagian integral dari identitas budaya Banyuwangi sekaligus menjadi daya tarik wisata budaya.

Ritual Seblang Olehsari biasanya dilaksanakan selama tujuh hari berturut-turut setelah Hari Raya Idul Fitri. Puncak acara adalah prosesi Idêr Bumi, yaitu berjalan mengelilingi desa, dan diakhiri dengan upacara Ngêlungsur atau siraman pada hari terakhir.

Penari Seblang dipilih berdasarkan garis keturunan tertentu dan harus memenuhi syarat khusus, seperti belum menstruasi. Selama menari, penari berada dalam kondisi trance atau kesurupan, yang diyakini sebagai bentuk komunikasi dengan kekuatan gaib.

Properti dan Simbolisme:  Omprog (hiasan kepala), Genjot (alat musik pengiring), Sesaji berupa makanan dan dupa, Kostum penari dengan motif batik khas Gajah Oling, simbol kearifan lokal Banyuwangi.

Seblang Olehsari tidak hanya menjadi media ritual tetapi juga memiliki makna filosofis mendalam:

Kemakmuran: Ritual ini dipercaya membawa keberkahan bagi desa.

Kesucian: Penari dipilih berdasarkan kriteria tertentu untuk menjaga nilai kesucian ritual.

Transformasi Spiritual: Proses trance melambangkan transformasi moral dan spiritual masyarakat.

Sejak tahun 1991, ritual Seblang mulai mengalami pergeseran nilai akibat pengaruh pariwisata. Beberapa elemen sakral seperti doa dan ziarah mulai dikurangi dalam versi modernnya untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Meskipun demikian, esensi tradisional Seblang tetap dijaga dalam pelaksanaannya di Desa Olehsari.

Tarian Seblang Olehsari adalah cerminan kearifan lokal Suku Osing yang kaya akan nilai spiritual, estetika, dan sosial. Dengan menjaga tradisi ini, masyarakat Banyuwangi tidak hanya melestarikan warisan leluhur tetapi juga memperkuat identitas budaya mereka di tengah arus modernisasi.

Urutan tradisi Seblang Olehsari secara rinci adalah sebagai berikut:

Sebelum ritual dimulai, masyarakat desa mempersiapkan sesaji berupa makanan, bunga, dan dupa. Sesaji ini digunakan untuk memohon keselamatan dan keberkahan bagi desa. Properti seperti alat musik genjot juga disiapkan untuk mengiringi tarian.

Ritual dimulai dengan doa bersama yang dipimpin oleh sesepuh desa. Penari Seblang kemudian memasuki kondisi trance atau kesurupan, yang dianggap sebagai tanda bahwa ia telah “dirasuki” oleh kekuatan gaib.

Penari Seblang menari selama kurang lebih tiga jam tanpa henti dalam kondisi trance. Gerakan tarian dilakukan secara spontan dan tidak terencana, mencerminkan hubungan spiritual antara penari dan alam gaib. Musik genjot dan nyanyian tradisional mengiringi tarian ini.

Penonton atau masyarakat sekitar sering kali ikut berinteraksi dengan penari Seblang, baik melalui gerakan maupun nyanyian. Interaksi ini menjadi bagian penting dari ritual karena melibatkan masyarakat dalam proses spiritual.

Pada hari ketujuh, dilakukan prosesi Idêr Bumi, yaitu berjalan mengelilingi desa Olehsari sambil membawa sesaji sebagai simbol pembersihan desa dari energi negatif dan sial.

Keesokan harinya, ritual ditutup dengan upacara Ngêlungsur atau siraman. Penari Seblang dimandikan sebagai simbol penyucian diri setelah menjalankan tugasnya sebagai medium spiritual.

Tradisi ini berlangsung selama tujuh hari berturut-turut setelah Hari Raya Idul Fitri dan menjadi bagian penting dari budaya bersih desa masyarakat Osing di Banyuwangi. **

Tags: BanyuwangiDwi Putri RamadaniOsing 7 hariritualSeblang
Previous Post

Aksi Demo UU TNI, Agoes Soerjanto: Negara Harus Hadir Hadapi Kritikan Mahasiswa dan Masyarakat

Next Post

Tindakan Represif dan Brutal Dilakukan oleh Ajudan Kapolri kepada Sejumlah Wartawan

Next Post
Tindakan Represif dan Brutal Dilakukan oleh Ajudan Kapolri kepada Sejumlah Wartawan

Tindakan Represif dan Brutal Dilakukan oleh Ajudan Kapolri kepada Sejumlah Wartawan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Populer

  • Lulusan PT Harus Jadi Agen Perubahan dan Memiliki Intelektualitas

    Lulusan PT Harus Jadi Agen Perubahan dan Memiliki Intelektualitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Viral Polisi Aniaya Sopir Truk di Jombang Berdamai di Mapolres, Propam Tetap Lanjutkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Polemik Hukum Ijazah Jokowi, Prof Sofian Efendi: Tak Ada Bukti Kuat Ijazah Itu Ada

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bupati Jombang Serahkan Bantuan Rp. 700 Juta untuk Korban Erupsi Semeru

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jika Penghuni Tak Bayar, Pemkab Jombang Akan Tutup Ruko Simpang Tiga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Logo Simple swarajombang

Redaksi
Pedoman Pemberitaan Media Siber
Kode Etik Jurnalistik

Kontak Kami

PT. Kredo Media Grup
Jl. Gubernur Suryo VII/ L-9, Jombang - 61418
Jawa Timur, Indonesia

Telp. 62-321-3086261
Fax. 62-321-3086261

[email protected]
[email protected]

No Result
View All Result
  • Home
  • Tren
  • Politik
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Kuliner
  • Kesehatan
  • Traveling
  • Figur
  • Kolom
  • Lainnya
    • LIFESTYLE
    • JULA-JULI NJOMBANGAN
    • MIMBAR RAKYAT
    • SENI & BUDAYA
    • HOBIES
    • GALERI

© 2021 SwaraJombang.com - Design by SwaraJombang StudioSJ.