Penulis: Jayadi | Editor: Aditya Prayoga
JOMBANG, SWARAJOMBANG.COM-Bulan Juni selalu menjadi momen penting dalam kalender kebangsaan Indonesia. Dikenal sebagai Bulan Bung Karno, bulan ini menjadi waktu yang tepat untuk mengenang dan meneladani ajaran serta keteladanan Proklamator sekaligus Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno.
Melalui serangkaian peringatan yang sarat nilai sejarah dan nasionalisme, masyarakat diajak untuk menggali kembali jejak perjuangan dan pemikiran Bung Karno yang relevan hingga hari ini.
Latar Belakang Peringatan Bulan Bung Karno
Bulan Bung Karno diperingati setiap bulan Juni karena memuat tiga tanggal penting dalam kehidupan Bung Karno:
1 Juni: Hari Lahir Pancasila yang dicetuskan dalam sidang BPUPKI tahun 1945.
6 Juni: Hari kelahiran Bung Karno pada tahun 1901.
21 Juni: Hari wafat Bung Karno pada tahun 1970.
Penetapan ini telah diatur secara resmi, seperti melalui Peraturan Gubernur Bali Nomor 19 Tahun 2019, sebagai bentuk penghormatan terhadap ajaran Trisakti Bung Karno:
“Berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.”
Keterkaitan Bung Karno dengan Jombang
Kaitan antara Bulan Bung Karno dan Kabupaten Jombang menjadi semakin relevan ketika menelusuri sejarah masa kecil sang proklamator. Meski dokumen resmi menyebut tempat lahir Bung Karno adalah Surabaya, berbagai sumber menunjukkan bahwa Jombang, khususnya Desa Rejoagung di Kecamatan Ploso, memiliki peran penting dalam kehidupan awalnya.
Berikut sejumlah data dan bukti historis yang menguatkan keterkaitan Bung Karno dengan Jombang:
- Potongan buku induk pendaftaran di Technische Hogeschool Bandung yang menyebut tanggal lahir 6 Juni 1902.
- Tulisan tangan Bung Karno dalam formulir pendataan Jepang tahun 1943 yang menyebut ia bersekolah di Ploso, Jombang.
- Catatan pribadi ayahnya, R. Soekeni Sosrodihardjo, yang menunjukkan keluarga tinggal di Ploso saat kelahirannya.
- Pengakuan Sukmawati dan Rahmawati Soekarnoputri yang menyebut Bung Karno lahir di Jombang.
- Bukti visual dan cerita turun-temurun tentang rumah masa kecil Bung Karno di Rejoagung.
- Jejak sejarah Tweede Inlandsche School (Sekolah Ongko Loro) tempat ayahnya mengajar, yang letaknya dekat rumah keluarga.
- Kunjungan Bung Karno ke Jombang tahun 1948, 1950, dan 1952 sebagai presiden.
- Penelitian dan dokumentasi sejarah oleh pemerhati lokal seperti Binhad Nurohmat.
Dengan demikian, memperingati Bulan Bung Karno tidak hanya bermakna nasional, tetapi juga memiliki nilai lokal yang kuat, terutama bagi masyarakat Jombang. Momentum ini menjadi peluang untuk mengangkat kembali sejarah lokal yang terlupakan dan memperkokoh rasa bangga terhadap kontribusi daerah dalam membentuk