Penulis: Jayadi | Editor: Aditya Prayoga
SURABAYA, SWARAJOMBANG.COM-
Kebanyakan pengemudi kerap melakukan rutinitas ini saat memasuki mobil yang terpapar panas: langsung mengaktifkan pendingin udara demi menciptakan kenyamanan secepatnya. Sayangnya, praktik yang terlihat wajar ini justru menyimpan potensi risiko bagi tubuh manusia dan performa kendaraan.
Ruang kabin yang terjemur matahari dalam waktu lama dapat mencapai suhu ekstrem. Kondisi ini memicu pelepasan zat kimia volatil dari berbagai elemen interior seperti panel plastik, pelapis jok buatan, hingga aroma sintetis. Salah satunya adalah benzena senyawa beracun kategori karsinogen yang mampu merusak fungsi hati, mengganggu kerja ginjal, hingga memengaruhi kesehatan tulang. Paparan terus-menerus terhadap zat ini dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan kesehatan serius.
Dampak buruk semakin parah ketika sirkulasi udara tidak diperhatikan. Menghidupkan AC tanpa memberi celah udara segar akan menjebak polutan dalam kabin, termasuk partikel benzena yang terakumulasi. Penumpang berpotensi mengalami gangguan sesak napas, sensasi pening kepala, hingga reaksi mual akibat menghirup udara terkontaminasi.
Tidak hanya dari segi kesehatan, kebiasaan ini juga berdampak pada ketahanan mesin. Sistem pendingin yang dioperasikan dalam kondisi suhu ekstrem memaksa kompresor bekerja di luar kapasitas normal. Beban berlebih ini mempercepat penurunan efisiensi komponen kelistrikan dan berpotensi memangkas masa pakai aki mobil.
Solusi bijak yang dapat diterapkan adalah memberikan jeda ventilasi alami sebelum menggunakan AC. Buka seluruh pintu dan kaca mobil selama 2-3 menit untuk mengalirkan udara panas keluar. Setelah suhu interior mulai turun, aktifkan AC dengan pengaturan suhu sedang terlebih dahulu sebelum secara bertahap menyesuaikan kedinginan sesuai preferensi.
Protokol sederhana ini tidak hanya berfungsi sebagai perlindungan kesehatan bagi pengguna kendaraan, tetapi juga berperan sebagai langkah preventif untuk mempertahankan kinerja optimal berbagai sistem vital mobil. Dengan demikian, kenyamanan berkendara dapat diraih tanpa mengorbankan faktor keamanan dan keberlanjutan kendaraan.***