Penulis: Jacobus E Lato | Editor: Yobie Hadiwijaya
JAKARTA, SWARAJOMBANG.COM-Jahe adalah rempah tradisional yang sudah dikenal sejak lama. Rempah ini biasa digunakan untuk membuat minuman penghangat tubuh.
Rasanya yang hangat dan sedikit pedas membuat jahe menjadi favorit banyak orang, terutama saat cuaca dingin atau saat seseorang merasa kurang sehat.
Selain menghangatkan tubuh, banyak orang percaya bahwa jahe juga bisa meredakan berbagai gangguan kesehatan, seperti masuk angin.
Namun, selain manfaat di atas, apakah jahe juga bagus untuk organ dalam seperti liver?
Adakah manfaat jahe untuk liver?
Menurut beberapa penelitian, jahe memang bagus untuk liver. Ada beberapa senyawa di dalam jahe yang bisa membantu kerja liver.
Berikut manfaat yang didapatkan dari konsumsi jahe terhadap organ liver:
1. Mencegah dan mengobati gangguan hati berlemak
Penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD) adalah kondisi yang berkaitan dengan sindrom metabolik. Penyakit ini diperkirakan menjadi penyebab paling umum penyakit hati kronis di seluruh dunia.
Dikutip dari penelitian di African Health Sciences tahun 2023, kandungan yang ada pada jahe dikatakan dapat membantu mengatasi penyakit NAFLD.
Jahe memiliki sifat anti-inflamasi dan antioksidan yang secara efektif dapat membantu memperbaiki kondisi NAFLD.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan meta-analisis. Para peneliti melakukan pencarian data dari Scopus, PubMed, Cochrane Library, dan lainnya dan menemukan empat penelitian yang memenuhi kriteria serta melibatkan total 177 pasien.
Hasil meta-analisis menunjukkan bahwa konsumsi jahe secara signifikan menunjukkan adanya perbaikan pada fungsi hati dan sensitivitas insulin yang secara langsung berdampak pada NAFLD.
Namun, peneliti juga menekankan perlunya penelitian lebih lanjut dengan desain yang lebih baik, jumlah sampel yang lebih besar, dan durasi yang lebih lama untuk memperkuat temuan tersebut.
2. Mencegah dan memperlambat fibrosis hati
Fibrosis hati terjadi ketika sel hati yang sehat berusaha untuk memulihkan diri dari luka atau peradangan.
Namun, jaringan parut tidak dapat berfungsi seperti sel hati yang sehat dan dapat menyebabkan hati mengeras sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.
Penelitian dari jurnal Nutrition and Metabolism tahun 2011 menyebutkan bahwa jahe dapat membantu dan memperlambat munculnya fibrosis pada hati.
Sebuah uji coba dilakukan pada tikus yang diberi karbon tetraklorida (CCl4). Diketahui, zat kimia ini berpotensi dapat menyebabkan kerusakan yang memicu adanya fibrosis hati.
Hasil menunjukkan adanya peningkatan kadar antioksidan dan perbaikan aktivitas enzim hati pada tikus yang diberi jahe.
Selain itu, terjadi penurunan penumpukan kolagen dan kerusakan jaringan. Ekstrak etanol jahe juga menunjukkan efek paling optimal dalam menghambat fibrosis.
Jahe yang dikonsumsi dapat berpotensi sebagai agen hepatoprotektif untuk mengatasi fibrosis hati.
3. Menghambat parasit pada liver
Salah satu parasit yang diketahui dapat merusak hati dan usus, skistosomiasis, dapat terhambat pertumbuhannya oleh jahe.
Penelitian itu dipublikasikan dalam jurnal Parasitology Research tahun 2011. Sebelumnya, diketahui bahwa pengobatan kemoterapi yang berulang pada skistosomiasis telah menyebabkan munculnya strain skistosoma yang kebal obat.
Para peneliti kemudian mencari obat alternatif dan menemukan bahwa jahe dapat membantu mengatasi parasit tersebut.
Sebanyak 16 tikus yang terinfeksi parasit Cercariae diujicobakan dalam penelitian ini. Tikus tersebut kemudian dibagi menjadi dua kelompok, kelompok yang diberi jahe dan yang tidak diberi jahe.
Pada minggu ke-10 setelah infeksi, peneliti menghitung jumlah cacing dan telur yang ditemukan di jaringan hati dan feses.
Hasil menunjukkan jumlah cacing dan telur di hati serta feses tikus yang diberi jahe lebih sedikit dibanding tikus tanpa perlakuan.
Selain itu, data histopatologi menunjukkan adanya penurunan jumlah dan ukuran infiltrasi granuloma inflamasi di hati dan usus pada tikus yang diberi jahe.
Jahe terbukti dapat menjadi antiskistoma dan dapat mencegah tumbuhnya parasit.
4. Melindungi organ liver dari kerusakan
Penelitian dari Indian Journal of Pharmaceutical Sciences tahun 2010 menunjukkan bahwa jahe dapat melindungi liver atau hati dari kerusakan akibat overdosis obat.
Studi tersebut diujicobakan pada 48 tikus, dengan sebagian tikus diberi makanan yang mengandung jahe selama lima minggu, serta sebagian lain tidak diberi makanan mengandung jahe.
Setelah itu, tikus disuntik dengan obat APAP dalam dosis tinggi. Diketahui bahwa pemberian obat dalam dosis tinggi dapat mencederai organ hati.
Hasilnya, tikus yang diberi jahe mengalami kerusakan liver lebih ringan dibanding kelompok yang tidak diberi jahe.
Pemberian jahe menurunkan kadar enzim hati (AST, ALT, ALP), bilirubin, serta penanda stres oksidatif seperti MDA dan NO.
Selain itu, jahe juga membantu menjaga kadar protein dan meningkatkan aktivitas enzim antioksidan yang berguna untuk menangkal radikal bebas pada tubuh.**