Penulis: Yusran Hakim | Editor: Priyo Suwarno
JAKARTA, SWARAJOMBANG.COM– Menteri BUMN Erick Thohir mengadakan pertemuan dengan Jaksa Agung ST Burhanuddin, Senin larut malam tepatnya pukul 23.00 wib, Senin 3 Maret 2025.
Dia membahas kasus korupsi yang melibatkan PT Pertamina, khususnya terkait tata kelola minyak mentah dan dugaan praktik blending oplosan dalam bahan bakar minyak (BBM).
Pertemuan ini berlangsung di tengah penyelidikan Kejaksaan Agung yang telah menetapkan sembilan pejabat Pertamina sebagai tersangka dalam kasus korupsi senilai 1.000 triliun rupiah.
Erick menegaskan bahwa Kementerian BUMN menghormati proses hukum yang sedang berjalan dan berkomitmen untuk mendukung penyelidikan tersebut.
Ia juga menyatakan akan melakukan tinjauan total terhadap Pertamina sebagai respons terhadap kasus ini. Dalam pernyataannya, Erick menolak anggapan bahwa Kementerian BUMN kecolongan dalam pengelolaan Pertamina dan menekankan pentingnya transparansi dan perbaikan sistem dalam perusahaan.
Namun, pertemuan larut malam ini menimbulkan kecurigaan di kalangan publik. Beberapa pihak mempertanyakan kepentingan di balik pertemuan tersebut, terutama setelah ada penetapan tersangka terhadap pejabat Pertamina.
Muncul berbagai macam spekulasi bahwa pertemuan ini mungkin terkait dengan upaya untuk mengamankan posisi atau informasi tertentu dalam konteks penyelidikan.
Mencurigakan
Pertemuan antara Menteri BUMN Erick Thohir dengan Jaksa Agung ST Burhanuddin hingga larut malam memicu berbagai reaksi di masyarakat, terutama terkait dengan kasus dugaan korupsi di Pertamina. Berikut beberapa poin utama reaksi tersebut:
Kecurigaan Publik Pertemuan ini menimbulkan kecurigaan di kalangan masyarakat, terutama karena dilakukan pada malam hari dan di tengah proses hukum kasus dugaan korupsi besar di Pertamina Patra Niaga. Pegiat media sosial mempertanyakan tujuan pertemuan tersebut12.
Pertanyaan tentang Etika Beberapa pihak menilai bahwa pertemuan antara seorang penegak hukum dengan pimpinan lembaga yang sedang bermasalah adalah tidak etis.
Kekhawatiran akan Intervensi Ada kekhawatiran bahwa pertemuan tersebut merupakan upaya lobi atau intervensi yang tidak pada tempatnya di tengah kasus yang sedang berjalan. Masyarakat menanti langkah konkret Erick Thohir untuk membuktikan komitmennya pada etika kepemimpinan dan membiarkan proses hukum berjalan tanpa gangguan.
Spekulasi Motif Tersembunyi Muncul spekulasi bahwa Erick Thohir mungkin membawa pesan atau titipan tertentu, dengan tujuan agar Ahok tidak terlalu banyak berbicara terkait permasalahan di Pertamina.
Dukungan terhadap Penyelidikan Independen, ,asyarakat berharap Kejaksaan Agung tetap independen dalam menjalankan tugasnya dan tidak terpengaruh oleh pihak manapun, termasuk tokoh seperti Erick Thohir.
Muncul pula unggahan dari pemilik akun instagram@lhakim682024, 3 Maret 2025, dalam insataram storinya mengungkapkan: Mengapa para tersangka kasus Korupsinya Pertalite oplosan, kok berani banget melakukan kegiatan ilegal itu? Inilah mereka yang terlibat?
Dalam narasi video yang diunggah oleh akun instagram ini pula mengatakan: Pernahkan Anda berpikir, mengapa para teraangka itu berani melakukan tindakan ‘gila” seperti ini.
Semua terangka kasus di Pertamina Patra Niagat dalam BAP mengaku bahwa mengikuti arahan dan dijamin keamanan oleh Boy Thohir dan Menteri BUMN Erick Thohir (Boy adalah adik kandung Erick Thohir). Pengakuan ini juga didukung berdasarkan hasil penggeledahan di rumah Riza Chalid, ayah kandung tersangka bernama Muhammad Kerry Adrianto Riza.
Dalam pegeledahan itu tim Kejaksaan Agung berhasil menumpulkan bukti terkait oplosan itu, berupa catatan keungan dan dokumen yang menyebutkan keterlibatan Boy Thohir dan beberapa tokop berpengaruh lainnya. Sejauh ini belum ada konfirmasi dari para pihak yang namanya terantum dalam unggahan @lhakim682023.
Minta Maaf
Direktur Utama PT Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, telah meminta maaf kepada masyarakat Indonesia terkait kasus dugaan korupsi dalam tata kelola minyak mentah dan produk kilang yang sedang diselidiki oleh Kejaksaan Agung.
Dalam konferensi pers yang berlangsung pada 3 Maret 2025, Simon menyatakan bahwa kasus ini merupakan ujian besar bagi Pertamina dan sangat memukul bagi semua pihak yang terlibat.
Simon mengungkapkan permohonan maafnya kepada seluruh rakyat Indonesia atas peristiwa yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.
Ia juga menekankan pentingnya penindakan hukum yang dilakukan oleh Kejaksaan Agung dan menyatakan bahwa Pertamina siap membantu dalam penyajian data atau keterangan tambahan yang diperlukan untuk proses hukum.
Ia mengakui bahwa ada kesalahan dalam pengelolaan yang telah melukai kepercayaan masyarakat dan berjanji untuk melakukan perbaikan dalam tata kelola perusahaan.
Simon juga mengumumkan pembentukan tim crisis center untuk mengevaluasi proses bisnis Pertamina, terutama dalam aspek operasional, guna memastikan kualitas layanan tetap terjaga. **