Penulis: Wibisono | Editor: Yobie Hadiwijaya
SURABAYA, SWARAJOMBANG.COM-Fenomena sound horeg tak sekadar soal hiburan dan dentuman musik keras. Dibalik gemuruhnya, tersembunyi ancaman serius bagi kesehatan telinga dan tumbuh kembang anak.
Menurut Dokter RSPAL dr. Ramelan Surabaya Chonifa Wahyurini, paparan suara keras dapat merusak pendengaran secara permanen. “Telinga bisa kehilangan pendengaran akibat paparan sound horeg yang melebihi 85 desibel,” ujarnya kepada RRI, Minggu (6/7/2025).
Ia menegaskan, kemampuan pendengaran manusia hanya mampu menerima intensitas suara sebesar 85 dB selama 30 menit. Jika melebihi durasi itu, telinga akan mengalami fatrik atau kelelahan pendengaran yang bersifat merusak.
“Berdasarkan penelitian, sound horeg pasti di atas 85 desibel,” ujarny Chonifa. Ia menyebutkan jenis kebisingan ini kerap digunakan tanpa batas waktu dalam kegiatan hiburan masyarakat.
Dampaknya tak hanya dirasakan oleh orang dewasa, tetapi juga berpengaruh besar terhadap bayi dan anak-anak. Menurutnya, paparan suara ekstrem dapat memicu gangguan tidur, kecemasan, hingga stres pada anak.
“Anak-anak jadi mudah emosi, sulit konsentrasi, dan akhirnya produktivitasnya terganggu,” ujarnya. Gangguan ini, lanjutnya, berpotensi memengaruhi proses tumbuh kembang secara jangka panjang.
Lebih lanjut, sound horeg juga bisa mengganggu masyarakat sekitar dalam hal ketenangan dan kualitas hidup. Bising yang terus-menerus menciptakan tekanan psikologis, bahkan memicu konflik sosial di lingkungan. ***