Ditulis: Jacobus E Lato
SWARAJOMBANG.COM, LATAKIA – Mantan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, memberikan pernyataan publik pertamanya sejak melarikan diri ke Rusia pada 8 Desember 2024.
Dalam pernyataan yang dirilis pada 16 Desember 2024, melalui saluran Telegram kepresidenan Suriah, al-Assad menjelaskan bahwa kepergiannya tidak direncanakan dan terjadi dalam situasi kacau ketika kelompok militan Hayat Tahrir al-Sham (HTS) menguasai Damaskus.
Dia menegaskan bahwa dirinya tetap berada di Damaskus hingga dini hari 8 Desember, menjalankan tugasnya. Ia menyebut bahwa saat kelompok militan memasuki ibu kota, ia berkoordinasi dengan pihak Rusia untuk pindah ke Pangkalan Udara Hmeimim di Latakia untuk mengawasi operasi militer.
Setelah tiba di Hmeimim, al-Assad menyadari bahwa posisi militer Suriah telah runtuh dan situasi semakin memburuk. Ia menyatakan bahwa Moskow kemudian mengatur evakuasi cepat ke Rusia pada malam yang sama.
Al-Assad membantah semua anggapan bahwa ia melarikan diri atau mencari suaka, menegaskan bahwa ia tidak pernah mempertimbangkan untuk mundur dari jabatannya dan berkomitmen untuk terus berjuang
Al-Assad menggambarkan kondisi Suriah saat ini sebagai dikuasai oleh teroris dan menyatakan bahwa kemampuan untuk memberikan kontribusi yang berarti telah hilang, sehingga posisinya sebagai presiden menjadi “tidak bermakna” lagi.
Ia juga menekankan bahwa selama konflik berlangsung, ia tetap bersama rakyatnya meskipun menghadapi banyak ancaman.
Pernyataan ini muncul setelah HTS berhasil merebut Damaskus dan mengklaim akhir dari rezim al-Assad, yang telah berlangsung selama lebih dari dua dekade.
Dimana Istri dan Tiga Anaknya?
Istri Bashar al-Assad, Asma al-Assad, dan ketiga anak mereka saat ini berada di Moskow, Rusia, setelah melarikan diri dari Suriah. Mereka tiba di Rusia sebelum kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS) menguasai Damaskus pada 8 Desember 2024
1
Asma al-Assad, sebagai mantan ibu negara, lahir di London dan memiliki latar belakang pendidikan yang kuat, termasuk gelar di bidang ilmu komputer dan sastra Prancis. Ia sebelumnya bekerja di sektor keuangan sebelum menikah dengan Bashar al-Assad pada tahun 2000
Sejak awal konflik Suriah, reputasinya telah terpengaruh oleh dukungannya terhadap suaminya dalam menanggapi protes anti-pemerintah.
Keluarga Assad memiliki tiga anak, yang juga ikut melarikan diri bersama mereka ke Rusia. Namun, tidak ada informasi spesifik mengenai aktivitas atau kondisi mereka setelah tiba di Moskow.
Setelah melarikan diri, Asma dan anak-anaknya menghadapi tantangan baru, termasuk kehilangan status kewarganegaraan Inggris, yang mungkin akan dicabut karena sanksi yang dikenakan terhadap mereka Keberadaan mereka di Rusia menunjukkan bahwa mereka mencari perlindungan setelah rezim Bashar al-Assad mengalami keruntuhan. **