Penulis: Jacobus E. Lato | Editor: Priyo Suwarno
TEHERAN, SWARAJOMBANG.COM- Lima jenderal dan sembilan ahli fisika/ nuklir Iran tewas dalam serangan Israel yang terjadi pada dini hari Jumat, 13 Juni 2025 waktu setempat. Serangan ini merupakan bagian dari operasi besar-besaran Israel yang menargetkan fasilitas nuklir, instalasi militer, dan kediaman pejabat tinggi Iran, termasuk para ilmuwan nuklir dan jenderal senior.
Motif utama serangan Israel terhadap Iran adalah untuk mencegah dan merusak kemampuan nuklir Iran yang dianggap sebagai ancaman eksistensial bagi Israel.
Israel menggambarkan serangan tersebut sebagai tindakan presisi bersifat pencegahan yang bertujuan menghentikan program pengayaan nuklir Iran dan mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.
Israel menilai fasilitas nuklir dan militer Iran sebagai ancaman serius yang harus dilumpuhkan agar tidak berkembang menjadi kekuatan nuklir militer. Meskipun Iran menyatakan program nuklirnya untuk keperluan sipil, Israel tetap menganggapnya sebagai ancaman dan melancarkan serangan untuk melemahkan kemampuan nuklir dan militer Iran, termasuk menargetkan para ilmuwan nuklir dan jenderal senior.
Selain alasan nuklir, serangan ini juga terkait dengan eskalasi geopolitik yang meningkat antara kedua negara, di mana Israel berusaha mempertahankan posisinya di tengah dukungan internasional yang semakin menguat bagi Palestina dan tekanan politik dalam negeri Israel.
Serangan ini juga didukung oleh operasi intelijen Israel yang telah berlangsung bertahun-tahun di dalam Iran, termasuk penyusupan dan penggunaan teknologi pemandu sasaran untuk menargetkan tokoh-tokoh penting Iran.
Singkatnya, serangan Israel terhadap Iran didorong oleh kekhawatiran atas potensi ancaman nuklir Iran dan upaya untuk mencegah Iran menjadi kekuatan nuklir militer yang dapat mengancam keamanan Israel dan stabilitas regional.
Berikut lima nama dan jabatan jenderal Iran yang gugur dalam serangan Israel:
- Mayor Jenderal Hossein Salami – Komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC)
- Mayor Jenderal Mohammad Bagheri – Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran
- Mayor Jenderal Gholamreza Mehrabi – Wakil Kepala Intelijen pada Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran
- Mayor Jenderal Mehdi Rabbani – Wakil Kepala Operasi Angkatan Bersenjata Iran
- Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh – Kepala Angkatan Udara IRGC
Nama Ahli Fisika dan Nuklir Iran yang tewas:
- Fereydoun Abbasi – Pakar teknik nuklir dan mantan Kepala Organisasi Energi Atom Iran
- Mohammad Mehdi Tehranchi – Fisikawan teoretis dan Presiden Universitas Islam Azad Iran
- Abdolhamid Minouchehr – Pakar nuklir
- Ahmadreza Zolfaghari – Pakar nuklir
- Amirhossein Feqhi – Pakar nuklir
- Akbar Motalebi Zadeh – Pakar teknik kimia
- Saeed Borji – Ilmuwan nuklir
- Ali Bekaei Karimi – Ilmuwan nuklir
- Mansour Asgari – Ilmuwan nuklir
Kesembilan ilmuwan ini merupakan tokoh penting dalam program nuklir Iran dan tewas dalam serangan yang menargetkan fasilitas nuklir serta tempat tinggal para ilmuwan senior Iran.
Intelijen
Intelijen Israel, khususnya Mossad, mengatur serangan ke Iran dengan persiapan matang yang berlangsung selama bertahun-tahun sebelum serangan dilancarkan pada 13 Juni 2025.
Mossad membangun jaringan agen di dalam Iran, termasuk warga Yahudi lokal dan warga setempat yang direkrut sebagai agen.
Jaringan ini mengumpulkan informasi intelijen penting dan menanam perangkat pembidik sasaran serta pelumpuh sistem pertahanan udara Iran, seperti rudal antipesawat, sehingga membuka jalan bagi serangan udara Israel.
Selain itu, Mossad menyelundupkan senjata presisi, bahan peledak, dan drone serang ke dalam wilayah Iran, yang digunakan untuk menyerang peluncur rudal dan sistem pertahanan udara dari dalam negeri. Israel juga mendirikan pangkalan peluncuran drone bermuatan bahan peledak di dalam Iran untuk melancarkan serangan tersebut.
Operasi ini dirancang dengan koordinasi erat antara Mossad, militer Israel, dan juga mendapat informasi serta dukungan dari Amerika Serikat. Keputusan serangan diambil oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu setelah berkonsultasi dengan Presiden AS Donald Trump.
Untuk mengelabui Iran, Israel juga melakukan operasi penyesatan melalui media dengan menyebarkan informasi palsu agar Iran tidak mencurigai serangan akan segera terjadi.
Pada hari serangan, Mossad dan pasukan komando Israel beroperasi jauh di dalam wilayah Iran secara rahasia, menargetkan sistem pertahanan udara, rudal balistik, serta tokoh militer dan ilmuwan nuklir senior.
Serangan udara yang melibatkan lebih dari 200 pesawat tempur dan 330 bom presisi berhasil menembus pertahanan Iran dan menghantam sejumlah situs nuklir serta fasilitas militer penting.
Singkatnya, serangan Israel terhadap Iran diatur melalui operasi intelijen rahasia Mossad yang melibatkan jaringan agen lokal, penyelundupan senjata dan drone, sabotase sistem pertahanan dari dalam, koordinasi dengan AS, serta operasi penyesatan untuk memastikan keberhasilan serangan udara presisi besar-besaran. **